30||Gagal ginjal kronis

77 8 1
                                    

Di rumah Alfian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di rumah Alfian

Mama dan Alfian sedang menyantap sarapan sambil sesekali bercanda. tanpa merasa kehilangan atas ketidakadaan Alzam

Alfian sudah mengetahui dari Mama kalau ternyata kakaknya sudah berangkat kuliah ke kanada. sedikit terkejut, tapi sudah tahu lebih awal dari Seina

"Ma. Abang gak izin sama Mama? gak takut durhaka? setahuku restu orang tua itu penting terutama Ibu." kata Alfian

"Abangmu izin, cuman Mama gak izinin tapi ya gitu. abangmu tetep kekeh. sampe dia kabur dari rumah, entah nginep dimana Mama gak tahu." Mama sembari menghela nafas panjang

"Keputusan seberat itu putusin sendiri? gak sama sekali diskusi ke kita. Fian gak tahu lagi deh Ma, muak banget sama dia." ucap Alfian emosi. namun di lubuk hatinya ada kekecewaan atas keputusan kakaknya

"Mama juga gak tahu lagi harus bagaimana, tapi Mama yakin Abang pasti bisa jaga diri baik-baik disana. kita doain aja." kata Mama dengan raut datar tanpa ada kesedihan sama sekali

Alfian mengangguk. "Fian pasti do'ain, Mama sabar ya jangan terlalu mikirin Abang."

"Iya sayang. Mama gak terlalu mikirin Azam. sekarang yang Mama pikirin itu kamu, anak kesayangan Mama. jangan ninggalin Mama seperti abangmu ya." Mama tersenyum hangat

Entah kenapa Alfian merasa Mama tidak bersedih atas kepergian kakaknya

'Mama kenapa biasa aja? gak nunjukin kesedihan, apa mungkin Mama gak mau nunjukin di depan gue?' batinnya

"Fian janji gak akan tinggalin Mama." balas pria itu

Mama membelai rambut anaknya seraya tersenyum hangat

"Oiya, aku pamit dulu, Ma. ada janji sama teman." Alfian bangkit kemudian mencium tangan Mama

"Hati-hati sayang."

»»--(♪)--««

Sebenarnya Alfian tidak ada janji dengan temannya melainkan dengan Dokter

"Kondisi kamu semakin parah, gagal ginjal yang kamu derita sudah kronis. saya sarankan untuk operasi. hanya itu satu-satunya cara. semua terserah kamu, bukankah saya sudah menyarankannya sejak 4 tahun lalu untuk operasi, tapi kamu selalu menolak." penjelasan Dokter membuat Alfian menunduk seketika

"Apa tidak ada cara lain dok? kemungkinan saya hidup berapa lama lagi? saya selalu menolak operasi karena saya takut operasi itu gagal dan malah menyebabkan kematian." lirih Alfian

"Tidak ada cara lain lagi. kamu tahu kematian itu ada ditangan tuhan, operasi atau tidak jika memang sudah waktunya pasti akan meninggal juga. tapi apa salahnya kita mencoba," terang Dokter sontak membuat Alfian merenung

"Oke saya mengerti, tapi kalau saya siap operasi, apa sudah ada orang yang mau mendonorkan ginjalnya?" pertanyaan Alfian dibalas gelengan oleh sang Dokter

"Itu yang saya pikirkan. saat ini belum ada, tapi jika kamu bersedia kami akan berupaya mencari pendonor untuk kamu. saya tanya sekali lagi kamu siap melakukan operasi?" Dokter berharap Alfian siap karena dia sudah sangat mengenal pria itu sejak pertama kali Alfian memeriksakan kondisinya

Alfian mengangguk. "Jika itu yang terbaik untuk saya, maka tidak ada salahnya."

"Akhirnya kamu bersedia juga. sudah lama saya membujuk, setelah kondisi kamu parah baru bersedia," Dokter mendengus sekaligus lega dan l berbinar

"Tapi ada ketentuan yang berlaku. orang tua kamu harus tahu, kita butuh tanda tangan wali untuk persetujuan operasi."

"Harus banget ya Dok?" Alfian menunduk

"Iya memang diharuskan. makanya kamu kasih tahu orang tua tentang penyakitmu itu, saya kasihan melihat kamu menderita seorang diri. hanya beberapa tahun ini saya merasa senang karena ada gadis cantik yang selalu menemani kamu, siapa itu? Mika kan?" Alfian mengangguk

"Baiklah saya akan kasih tahu Mama pelan-pelan, mungkin nanti beliau akan syok tapi mau bagaimana lagi."

"Saya tunggu. kita juga akan mencari pendonor secepatnya," Dokter tersenyum

"Terima kasih dok. saya sudah anggap Dokter sebagai keluarga sendiri karena Dokter sudah setia membantu saya dalam jangka waktu yang sangat lama ini."

Dokter memeluk Alfian. "Sama-sama sudah tugas kami sebagai seorang dokter, saya juga sudah anggap kamu sebagai anak sendiri."

"Kalau begitu saya pamit pulang."

Diperjalanan Alfian hanya fokus ke jalan raya dengan keadaan mengendarai motor, fikirannya kacau memikirkan penyakitnya

Dia memutuskan untuk bercerita terlebih dulu pada Mika. mungkin hati nya akan sedikit tenang karena hanya gadis itu yang tahu semua tentang penyakit yang dia derita

"Mika." lirih Alfian setelah berada di rumah Mika

"Fian kamu kenapa? ada masalah? kambuh lagi? kita ke dokter aja yuk aku khawatir sama kamu." gadis itu menghujani berbagai pertanyaan

Alfian menggeleng. "Gue sudah periksa. gagal ginjal gue kronis dan harus operasi, gue bingung banget Mik gimana cara kasih tahu ke Mama. operasi butuh izin dari orang tua." keluh Alfian mulai mengeluarkan bulir air mata

"Nanti aku bantu kasih tahu ke Mama pelan-pelan ya. sekarang kamu tenang, aku akan dampingi kamu melewati ini semua."

Alfian terharu mendengarnya, dia bahagia memiliki sahabat seperti Mika yang selalu ada disaat dia membutuhkan

"Makasih ya Mik, gue bersyukur punya sahabat seperti lo."

'Jadi kamu masih anggap perhatian aku ini sebatas sahabat?' batin Mika

"Iya Fian, aku sayang sama kamu jadi apapun yang terjadi sama kamu itu buat aku ikut merasakannya juga." ucap gadis itu

Alfian terdiam mendengar ungkapan dari Mika

Tanpa mereka sadari Papa Mika mendengar percakapan mereka dibalik pintu

Tanpa mereka sadari Papa Mika mendengar percakapan mereka dibalik pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Halo Readers 👋

Tinggalkan jejak
Vote
Komen ❤

ALZSEINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang