50|| Merajuk

47 8 1
                                    

Hingga dua hari Seina tidak banyak bicara pada Alzam, itu semakin membuat Alzam tidak tahan harus berdiam-diaman terus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hingga dua hari Seina tidak banyak bicara pada Alzam, itu semakin membuat Alzam tidak tahan harus berdiam-diaman terus

"Seina." panggil Alzam sedikit keras karena istrinya tengah di ruang tamu

Seina bergegas berlari ke kamar begitu mendengar panggilan Alzam, walau sedang marah, tetap saja Seina melakukan tugasnya sebagai seorang istri

"Ada apa?" jawabnya ketus

"Sini duduk! kita perlu bicara." Alzam menepuk sisi sofa

"Aku mau kerjain tugas dulu." tolak Seina

"Seina duduk! kamu harus nurut sama suami." Alzam meninggikan suaranya hingga membuat Seina terlonjak, matanya mengembun saat Alzam membentaknya

Seina duduk di samping Alzam dengan tangan bergetar, takut suaminya semakin membentak

"Kamu kenapa sih? kalau ada masalah itu bicara jangan diam aja terus diamin aku." tanya Alzam memelankan suaranya

Seina bergeming, perlahan air bening yang sedari tadi mengembun menetes ke pipi

"Hey kamu nangis?" Alzam terkejut melihat istrinya terisak. Alzam langsung merengkuh tubuh Seina dan mendekapnya erat

"Jangan nangis! maaf sudah buat kamu nangis."

Seina hanya bisa terisak sampai setelah sedikit lega

"Kakak pembohong. aku benci sama kakak." lirih Seina menatap wajah suaminya kecewa

"Aku bohong apa sayang?" sungguh Alzam tidak tahu apapun

"Kalau kakak gak cinta sama aku harusnya gak usah nikahin aku. aku gak perlu cinta palsu."

"Sayang, Hey! kenapa ngomong gitu? aku cinta sama kamu, sumpah."

"Bohong! aku lihat dua hari lalu kakak cium-cium sama cewek lain. aku gak kuat lihatnya, aku benci di bohongin apalagi di khianati." Seina bangkit dengan mata memerah, lalu berlari ke kamar mandi. menumpahkan tangisnya di dalam sana

'Shit ternyata ini penyebabnya' umpat Alzam dalam hati

Alzam menggedor pintu kamar mandi. "Dengerin aku dulu, itu cuman salah paham."

"Sayang tolong buka pintunya!" suara Alzam melemah setelah kurang lebih setengah jam istrinya mengurung diri di dalam sana

Secara reflek Alzam bangkit ketika pintu mulai terbuka, lalu menampilkan wajah istrinya yang sembab

Alzam hendak memeluknya tetapi Seina mengangkat tangan, pertanda jangan mendekat. Alzam menurut lalu mengekor istrinya yang berjalan menuju ranjang

Seina duduk di tepi ranjang dengan pandangan kosong, itu membuat Alzam merasa sangat bersalah meskipun bukan salahnya

"Sayang jangan diam aja. aku gak cium dia tapi dia yang cium duluan, tolong percaya. aku gak mungkin khianati kamu." Alzam memohon sembari memegang kedua tangan Seina

ALZSEINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang