Setelah memutuskan untuk pergi dari rumah. Seina dan Bunda saat ini tengah berjalan tanpa tujuan, mereka tidak tahu harus kemana lagi
Capek! itulah yang dirasakan oleh keduanya, Dipertengahan jalan Seina melihat sebuah masjid
"Bunda itu ada masjid kita istirahat disana dulu ya, nanti baru lanjut." lirih Seina sambil menunjuk masjid didepannya
Bunda mengangguk, tidak ada pilihan lain, dia juga sudah capek. Meskipun usianya masih terbilang cukup muda (39 tahun) tetap saja berjalan cukup jauh membuat wanita itu cepat kelelahan
Mereka berjalan menuju masjid dengan menyeret koper
Mobil tetangga Bi Ijah melewati mereka, mobil itu melaju melaju dengan kecepatan sedang. tentu saja di dalamnya ada Alzam
Di dalam mobil Alzam sekilas melihat dua wanita tengah menyeret koper, namun. dia tidak melihat dengan jelas wajah mereka
"Aku capek banget Bun." keluh Seina ketika mereka mendaratkan badannya pada ubin masjid
"Bunda juga nak, sabar ya. nanti Bunda cari kontrakan setelah istirahat di sini." lirih Bunda
"Iya Bunda." pasrah Seina
"Assalamualaikum," terdengar salam dari seorang pria paruh baya berpenampilan rapi, mengenakan sarung dan koko, tidak lupa ada peci putih melekat di kepalanya
"Waalaikumsalam." Seina dan Bunda sedikit terkejut
"Sedang apa kalian di sini? dan kenapa kalian membawa koper? ada masalah apa?" pria paruh baya itu menunjuk koper-koper mereka
"Sebelumnya kami minta maaf, disini kami hanya numpang beristirahat sebentar, setelah itu kami berniat untuk pergi pak." Bunda menjelaskan
"Tidak perlu minta maaf, masjid ini tempat umum untuk semua umat muslim. silakan masuk dulu kedalam, kita ngobrol sebentar." ajak pria itu sambil memasuki masjid
Bunda dan Seina mengangguk dan mengikuti pria itu dari belakang
Setelah masuk mereka duduk dengan posisi pria itu menghadap mereka berdua yang tertunduk
"Ada masalah apa? coba ceritakan pada saya, siapa tahu saya bisa membantu. oiya perkenalkan saya Ahmad, pengurus masjid ini." pak Ahmad mengatupkan dua tangan di dada sembari mengangguk
"Saya Hana dan ini putri saya namanya Seina. sebenarnya rumah kami disita oleh seseorang yang saya mengaku kalau suami saya memiliki banyak hutang padanya, dan dia menyuruh anak buahnya untuk mengusir kami, karena kami tidak punya cukup uang untuk membayar hutang itu." Bunda menjelaskan dengan mata berkaca-kaca
Sedangkan Seina hanya menunduk, sama halnya dengan Bunda, Seina juga sudah berkaca-kaca
"Lalu dimana suami anda? apa dia tidak bertanggung jawab dengan hutang-hutangnya itu." pak Ahmad tampak mengerti, lalu bertanya sekali lagi
"Suami saya orang yang bertanggung jawab tapi sesuatu terjadi padanya. 4 tahun yang lalu dalam perjalanan bisnisnya keluar negeri, suami saya di nyatakan hilang tanpa jejak karena kecelakaan pesawat yang di tumpanginya, seminggu setelah kabar itu ada seseorang yang mengaku menemukan jasad suami saya, saya syok dan segera minta jasad suami saya dikirim ke Indonesia, tapi mereka beralasan sudah menguburkannya di sana dan setelah itu dia tidak kembali lagi ke Indonesia sampai sekarang." air mata mengalir deras begitu Bunda menceritakannya
Seina memeluk sang Bunda, dia ikut menangis terisak
"Kami tidak percaya jika itu jasad Ayah. jadi sampai sekarang kami masih menunggunya untuk pulang, tapi kenapa sampai sekarang Ayah masih tidak menemui kami." Seina menatap pak Ahmad
Pak Ahmad prihatin setelah mendengar cerita mereka, beliau menunduk dan ikut mengeluarkan air mata, secepatnya dia seka air mata itu
"Baiklah saya mengerti sekarang, jika memang kalian yakin bahwa Suami atau Ayahmu masih hidup berdoalah pada yang maha kuasa, niscaya dia akan menjaga beliau dimana pun berada, percayalah."
"Iya pak Ahmad, kami akan terus berdoa supaya suami saya selamat dari insiden itu dan segera menemui kami." lirih Bunda sambil menghapus air matanya
"Semoga ya bu, saya akan mendoakan juga dan ya, untuk masalah ini sebaiknya kalian tinggal dirumah tetangga saya yang kebetulan beliau seorang janda, saya akan menyampaikan pada beliau jika kalian mau, kebetulan memang beliau selalu welcome," kata pak Ahmad serius membuat Bunda dan Seina tak percaya
"Pak Ahmad yakin? kami merasa tidak enak, takutnya merepotkan bapak dan tetangga anda," ujar Bunda
"Tentu saja yakin tapi saya akan tanya beliau dulu, kebetulan sekarang beliau dan istri saya sedang mengantar anak angkatnya ke bandara untuk melanjutkan study di luar negeri." papar pria paruh baya itu dengan tersenyum hangat
"Untuk sementara istirahat di sini dulu, saya akan menyampaikan pada beliau setelah mereka pulang."
"Baiklah pak, kami sangat berterima kasih, kami akan menunggu disini." ucap Bunda
Halo Readers 👋
Tinggalkan jejak
Vote
Komen ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZSEIN
Teen Fiction⚠️ DALAM TAHAP REVISI ⚠️ →Setelah baca tolong VOTE← Kisah cinta rumit antara Alzam Revansyah Askara dan Seina Naraya Bramesta Mereka dipertemukan disekolah SMAN 1 Biakarya Alzam sebagai kakak kelas Seina sebagai adik kelas Dalam pertemuan keduanya...