34||Perjodohan

58 6 1
                                    

Alzam mengunjungi Bram lagi setelah pertemuan mereka beberapa selama hampir 11 bulan lalu, mereka menjadi dekat, sudah seperti anak dan ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alzam mengunjungi Bram lagi setelah pertemuan mereka beberapa selama hampir 11 bulan lalu, mereka menjadi dekat, sudah seperti anak dan ayah

"Aku mau tanya kenapa Om bisa di negara ini? dan maaf jadi tunawisma?" tanya Alzam hati-hati takut Bram tersinggung

"Huh sakit untuk di ceritakan, Zam. tapi Om akan menceritakannya."

"Gak pa-pa Om jangan maksain." Alzam tampak tidak enak hati

Bram menghela nafas panjang

"Empat tahun yang lalu Om ada perjalanan bisnis ke kanada, saat akan pulang ternyata pesawat mengalami guncangan hebat dan semua penumpang kecelakaan, tidak ada yang selamat di insiden itu. bisa di bilang Om satu-satunya yang selamat. Om ingat ada seseorang yang merengkuh tubuh lemah Om saat kejadian itu. orang itu membuang tubuh Om ke sungai, sepertinya dia musuh bisnis Om yang saat itu kalah tender, dia berusaha membunuh Om tapi ternyata sampai sekarang Om masih hidup "

Alzam begitu terkejut mendengarnya. berat sekali masalah Om Bram, pikirnya

"Jadi Om berusaha di bunuh oleh musuh bisnis?"

"Dugaanku begitu, Om tidak bisa pulang ke Indonesia jangankan pulang untuk makan saja susah apalagi Om kehilangan visa." Bram tertunduk lemah

"Om merindukan istri dan putri Om. usia putri Om seusia dengan adikmu karena istri Om melahirkan hanya beda hari dengan ibu tirimu." lanjutnya lirih

Perlahan Alzam mendekat, memeluk pria berusia 42 tahun itu

"Alzam akan membantu Om setelah Alzam menyelesaikan studi di sini dan pulang ke Indonesia, Alzam akan membawa Om. kalian bisa kumpul bersama lagi." Alzam tersenyum hangat

"Benarkah? janji kamu bawa Om pulang ya." Bram jelas senang mendengar itu kemudian Alzam mengangguk

"Tunggu satu tahun lagi maka aku akan urus surat-surat kepulangan Om. untuk sekarang ini belum bisa karena aku juga masih pendatang, belum terlalu tahu aturan di negara ini." ucap Alzam

"Kamu kuliah delapan semester? berarti empat tahun lagi Om bertemu keluarga Om?" tanya Bram

"Kurang lebih begitu tapi Om tenang saja. Alzam urus kepulangan Om lebih cepat. Aku bisa pulang setelah lulus dan Om bisa pulang sebelum aku lulus "

"Kamu terlalu baik. Om jadi gak enak selalu merepotkanmu, Zam."

"Nggak perlu bilang begitu. Alzam senang membantu Om apalagi sahabat Papa sendiri, yang Alzam baru ingat kalau Om Bram pernah membantu Papa bangkit dari keterpurukan dulu, saat bisnis Papa mengalami kebangkrutan. Alzam ingat Om yang selalu membatu Papa, Iya kan?" ujar Alzam membuat Bram terkejut

"Dari mana kamu tahu itu, Zam? saat itu terjadi bukannya kamu baru berusia 8 tahun?"

"Memang saat itu aku berusia 8 tahun tapi aku suka curi dengar saat Papa membicarakan masalah bisnis dan kadang Papa cerita bisnis ke Alzam, katanya supaya Alzam ngerti perbisnisan." jelas Alzam membuat Om Bram semakin kagum dengan sosoknya

"Benarkah? waw jiwa bisnis sudah melekat di tubuh kamu ya, Zam." Bram tampak kagum

"Gak juga sih." elak Alzam

"Apa bisnis Papamu masih berjalan sampai sekarang?"

"Masih."

"Benarkah? siapa yang memimpin bisnisnya?"

"Em Aku yang mimpin."

"Serius? kamu hebat, Zam. usia muda sudah memimpin bisnis, padahal kamu baru masuk kuliah itu artinya sedari Sma sudah mulai memimpinnya?"

"Boleh aku cerita?"

"Of course boleh."

"Bukan maksud aku menyombongkan diri ya Om. aku mulai belajar bisnis Papa dari Smp tapi mulai memimpin itu saat masuk Sma. aku di ajari oleh pengacara kepercayaan Papa yang kebetulan sahabat Papa juga, namanya Om Prasetiya." jelas Alzam

Bram menepuk pundak Alzam. "Kamu hebat sangat memenuhi kriteria sebagai menantu untuk Om."

"Menantu?" beo Alzam

"Om mau kamu jadi menantuku. kamu tahu? saat anak Om lahir, Askara dan Om merencanakan perjodohan untuk kalian berdua." ucap Bram yang langsung membayangkan masa lalu bersama Alm Papa Alzam

"Ah Om jadi teringat perjanjian konyol itu, kamu bersedia di jodohkan dengan putri Om?" tanya Bram

"Ini terlalu mendadak, biarkan aku berfikir." Om Bram mengangguk mengerti

"Om bicara ini bukan semata-mata karena kamu bercerita itu ya, Zam. tapi memang dulu Om dan Papamu berencana menjodohkan kalian sebelum akhirnya Papamu meninggal lebih dulu." jelas Bram agar Alzam tidak salah paham

"Aku mengerti. tapi kenapa denganku? bukannya anak Om seumuran adikku? kenapa gak menjodohkan mereka saja?" tanya Alzam herman eh heran

"Om menyukaimu dari kecil jadi mau kamu yang di jodohkan dengan putri Om." jelas Bram

Alzam manggut-manggut mengerti. entah kenapa hatinya mendadak berdetak kencang mendengar dirinya di jodohkan dengan anak Om Bram, padahal tidak mengenal sama sekali gadis itu

"Saya tunggu selama satu tahun, saat nanti Om tanya kamu sudah harus memberi jawaban."

Alzam mengangguk "Baik Om."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















Halo Readers 👋

Tinggalkan jejak
Vote
Komen ❤

ALZSEINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang