"Kenapa kamu sembunyiin hal sebesar ini sih, Fian? penyakit kamu parah tapi aku baru tahu sekarang." Mika menatap sendu tubuh Alfian yang terkulai lemas
Di pegangnya tangan Alfian erat seakan tak mau dilepaskan. Mika meletakkan tangan itu di pipinya yang sudah basah, tak lama Mika tertidur dengan posisi seperti itu
Mata Alfian berkedut, perlahan terbuka kelopak mata coklatnya, Alfian mengedarkan pandangan ke sekeliling.
Pandangannya terpaku pada seorang gadis yang tengah tertidur disisi brankar, tangannya terangkat di elus nya kepala gadis itu sangat lembut
Hingga elusan itu mengganggu tidur Mika yang kemudian terbangun dan mendapati Alfian tengah tersenyum menatapnya, tentu saja Mika terkejut sekaligus terharu
"Fian." Mika langsung memeluk Alfian, tak sadar itu membuat pria itu meringis kesakitan akibat pelukan eratnya
"Stttttt awww."
"Maaf, sakit ya?" Mika melepaskan pelukan
"Aku senang kamu sudah sadar." Mika menatap sendu kearah Alfian
"Makasih banyak sudah bawa gue kesini ya Mik."
Mika memasang wajah kesal sekaligus sedih
"Kenapa?" Alfian bertanya
Gadis itu memukul pelan lengan Alfian
"Harusnya aku yang tanya. kenapa kamu sembunyikan penyakit kamu?" Mika sudah tak kuasa lagi membendung air matanya
"Sudah tahu?" Alfian menatap Mika lekat
"I-iya." Mika terisak
"Gue gak mau membuat semua orang cemas dengan kondisi gue, Mik." jelas lelaki itu
"Tapi kamu gak harus sembunyiin ini, Fian. setidaknya kasih tahu aku atau nggak Mama kamu supaya kita bisa cari solusi biar kamu sembuh."
"Gue gak tahu apakah gue bisa sembuh Mik." Alfian menggeleng
"Kamu jahat, Fian." Mika menangis sesenggukan
"Kenapa gue jahat? kan gue lagi sakit?"
"Memang kamu gak mau sembuh? kenapa ngomongnya seakan gak ada harapan sih. kamu mau ninggalin aku? ninggalin Mama? ninggalin kak Azam?"
"Gak mau, cuman gue gak yakin aja bakalan sembuh dari penyakit ini. sudah 2 tahun gue rutin konsul. tapi gak ada perubahan buat kondisi gue." jelas Alfian membuat Mika kesal
"Jangan pesimis dulu, aku yakin kamu akan sembuh."
"Iya doain aja."
"Aku pasti doain dan akan dampingi kamu terus sampai sembuh."
"Makan dulu ya." Mika beranjak mengambil bubur yang sudah tersedia dimeja
"Aaaaa buka mulut nya." titah Mika
»»——(♪)——««
Seina kesusahan menaiki motor sport Alzam, kali ini Alzam mengulurkan tangan dan membantu Seina naik
"Makasih kak." Seina tersenyum senang
Tepat pukul 11:00 WIB, setelah menerima pesan Mika yang sudah pulang lebih dulu bersama Alfian. mereka berenam memutuskan untuk pulang juga
Tidak butuh waktu lama, mereka sampai di Jakarta, mereka berpisah untuk mengantar gadis-gadis yang mereka bonceng
Alzam diam tidak bertanya apapun pada Seina, 'Dimana rumahnya atau kemana arah rumahnya' tapi motornya tetap berjalan kearah yang Seina pun tidak tahu
"Kenapa diam aja kak?" gadis itu memecah keheningan
"Gak apa-apa." balasnya singkat
"Terus kenapa gak tanya alamat rumahku? aku mau pulang, kalau memang kakak gak mau antar. biar aku naik taksi aja." Seina menghela nafas kesal
"Gue gak mau anter lo pulang sekarang." ujar Alzam membuat kening Seina berkerut
"Ya sudah turunin aku disini!" Seina menepuk-nepuk punggung Alzam, tetap saja Alzam menggeleng
"Kak." Seina semakin kesal
Alzam diam tidak menanggapi, tidak menghiraukan ucapan Seina. tapi tidak lama setelah itu motornya berhenti di sebuah minimarket
"Kenapa berhenti disini? kakak mau belanja?" tanya Seina yang merasa heran
"Tahu kan? minimarket tempat buat apa?" Alzam menatap seina tajam membuat Seina berusaha keras menelan saliva
"T-tahu." jawab Seina terbata karena mendadak merasa takut
"Kenapa seakan lo takut sama gue?" ucap Alzam yang langsung menarik tangan Seina kedalam minimarket
Seina hanya pasrah ketika tangannya di tarik oleh Alzam, seakan tubuhnya sudah tidak berfungsi dan hanya menurut ketika Alzam menyuruhnya mengambilkan barang yang akan pria itu beli
"Kak Alzam beli banyak Snack buat apa?" tanya Seina ketika mereka sedang menunggu antrian di kasir
"Buat di makan,"
"Iya benar sih, cuman apa gak terlalu banyak ya? memang kak Alzam makannya banyak?" Seina bertanya lagi, membuat Alzam pusing
"Bisa diem nggak? banyak tanya banget." ujar Alzam dengan wajah kesal
"Maaf " cicit Seina yang mulai merasa hawa panas menggerogoti dirinya
Selesai membayar di kasir, mereka keluar dari minimarket dengan menenteng banyak kantong kresek berisi Snack
Alzam menyadari Seina diam saja setelah tadi dirinya menyuruh diam, ada perasaan bersalah pada diri Alzam
"Jangan diam terus!" ucap Alzam seketika dan Seina hanya mengangguk
"Ayo naik!"
Seina naik ke motor Alzam dengan seperti biasa, Alzam membantu Seina naik seperti yang di lakukannya tadi, mengikuti yang Alfian lakukan
"Jangan takut sama gue."
"Iya."
"Sory sudah buat lo takut." Alzam sangat merasa bersalah
Halo Readers 👋
Tinggalkan jejak
Vote
Komen ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZSEIN
Teen Fiction⚠️ DALAM TAHAP REVISI ⚠️ →Setelah baca tolong VOTE← Kisah cinta rumit antara Alzam Revansyah Askara dan Seina Naraya Bramesta Mereka dipertemukan disekolah SMAN 1 Biakarya Alzam sebagai kakak kelas Seina sebagai adik kelas Dalam pertemuan keduanya...