24||Gelisah sebelum berpisah

74 11 2
                                    

Di kamar minimalis, seorang gadis tengah berkutat dengan alat tulisnya sambil sesekali melirik hp di sebelahnya, seperti menunggu seseorang menelpon dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di kamar minimalis, seorang gadis tengah berkutat dengan alat tulisnya sambil sesekali melirik hp di sebelahnya, seperti menunggu seseorang menelpon dirinya

"Kak Alzam lagi apa sih? katanya mau ngajak ketemuan, kok belum kabarin sih." gumam gadis itu gelisah

"Apa aku telpon duluan ya. eh gak deh, siapa juga yang ngajak."

Seina menunggu begitu lama, tapi tidak kunjung mendapat kabar dari Alzam, akhirnya dia berniat menelpon pria itu. namun, saat akan menekan nama Crush. Seina di kejutkan oleh suara barang terbanting begitu keras

Seina berlari keluar, begitu di lihat Seina membelalakkan mata, terkejut melihat Bunda tengah terduduk menangis. ada dua orang pria bertubuh kekar tengah merusak barang dirumahnya

Seina berlari di hampirinya sang Bunda

"Bunda, ini ada apa? sebenernya mereka siapa? kenapa mereka hancurin rumah kita." berbagai pertanyaan Seina lontarkan

"Nak, mereka mengaku kalau Ayah memiliki hutang, dan hutangnya besar. Bunda harus gimana sayang? Ayah masih belum di temukan." Bunda terlihat frustasi, matanya kian membengkak karena air mata terus bercucuran

"Apa benar Ayah punya banyak hutang, bun? setahuku Ayah gak pernah mempunyai hutang." Seina tidak percaya begitu saja

Seina mendongak menatap dua pria dengan tatapan tajam, amarahnya kian memuncak ketika mereka menghancurkan foto keluarganya di dinding

"Berhentiiiiiii jangan sesekali kalian sentuh foto itu." teriak Seina menghentikan aktivitas mereka

"Gadis kecil diam kamu. ini tugas kami, anak kecil jangan ikut campur urusan orang dewasa." ucap salah satu dari pria itu

"Ini rumahku, kalian tidak berhak menghancurkan rumahku. pergi dari sini." usir Seina

"Ayahmu berhutang pada bos kami, jadi jika dia tidak melunasinya, kalian yang harus meninggalkan rumah ini." kata pria itu penuh penekanan

"Bunda gimana ini?" Seina menatap Bunda memelas

"Bunda gak punya banyak uang nak, kita harus pergi dari sini." lirih Bunda

"Bahkan ayahku belum ditemukan, tapi kalian sama sekali tidak punya hati nurani, setidaknya tunggu ayahku ditemukan dulu." Seina beralih menatap tajam kearah dua pria sambil berteriak

Dua pria bertubuh kekar menatap Seina, sebenarnya mereka iba pada Ibu dan anak itu. namun, mereka bisa apa? mereka hanya seorang yang sedang bekerja, menjalankan tugasnya

"Tolong maafkan, kami hanya menjalankan tugas." ucap salah satu pria, dan yang satunya mengangguk

Seina bergeming, akhirnya dia dan Bunda beranjak mengambil pakaian serta barang-barang mereka, di putuskan mereka akan meninggalkan rumah ini

»»——(♪)——««

Alzam merenung. kini dia berada di salah satu cafe shop. niatnya untuk mengajak Seina bertemu untuk terakhir kalinya dia batalkan, Alzam tidak tega berpamitan pada Seina setelah melihat reaksi gadis itu yang menangis beberapa hari yang lalu setelah mendengar keputusannya untuk kuliah di luar negeri

Karena ujian kelulusan telah usai, Alzam sudah mantap untuk berkuliah di negara yang cukup maju yaitu kanada

Besok Alzam akan berangkat ke negara itu, tidak menunggu hari kelulusan karena Mama dan adiknya tidak akan peduli dan Alzam ingin cepat-cepat pergi dari Indonesia

»»——(♪)——««

Keesokan harinya, Alzam sudah bersiap menuju bandara, semalaman tidak pulang ke rumah melainkan menginap di rumah bi Ijah

Sebelum berangkat bi Ijah memohon supaya Alzam tidak jadi pergi tapi pria itu tetap bersikukuh

Alzam di antar oleh tetangga bi Ijah yang kebetulan memiliki mobil dan sudah mengenalnya lama

'Kayak ada yang ketinggalan, tapi apa? perasaan sudah di masukin semua deh.' batinnya

"Kenapa, Zam? ada sesuatu yang mengganjal?" tanya Bi Ijah ketika melihat raut wajah Alzam terlihat gelisah

"Aku gak tahu bi, mendadak perasaanku gak tenang." jawabnya

"Mungkin ada seseorang yang belum kamu temui, Zam. apa benar tebakan bibi?" terka wanita paruh baya itu

"Benar kali Jah. biasa namanya juga anak muda." Bu astuti, tetangga bi Ijah melirik dari kaca

Hati Alzam berkecamuk, entah apa yang ada di pikirannya, dia mencintai Mika tapi pikirannya tidak tertuju pada gadis itu melainkan pada Seina

Entah kenapa dia kepikiran dengan Seina, hingga akhirnya Alzam memutuskan untuk putar balik menuju rumah Seina

Ya. dia ingin berpamitan padanya atau sekedar melihat wajahnya saja sudah cukup

Bi Ijah dan bu Astuti hanya geleng-geleng kepala, benar dugaan mereka kalau Alzam memiliki tambatan hati. Hehe anak muda gitu lho

 Hehe anak muda gitu lho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Halo Readers 👋

Tinggalkan jejak
Vote
Komen ❤

ALZSEINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang