Hari ini jadwal kepulangan Bram ke Indonesia. pria itu sudah tidak sabar bertemu keluarga tercinta
Sekarang Bram sudah berada dalam pesawat, tengah menatap keluar jendela
"Hana, Seina sebentar lagi kita bertemu." lirih Bram
Setelah menempuh waktu 23j 25m dengan satu kali transit akhirnya pesawat landing di bandara Soeta
"Akhirnya aku kembali ke tanah air tercinta." gumam Bram berkaca-kaca. sungguh tidak menyangka akhirnya bisa pulang setelah empat tahun lamanya
Bram menyetop taksi. tujuannya adalah ke rumah yang sangat dirinya rindukan. kebetulan Alzam memberi beberapa lembar uang untuknya jadi Bram bisa memesan taksi
Taksi sampai didepan rumah penuh kenangan manis itu. Bram turun dengan langkah gontai dan air mata yang tidak terbendung
"Rumahku? ternyata gak ada perubahan sama sekali." lirihnya
Pria itu menekan bell berkali-kali tapi tidak ada sahutan. kemudian Bram duduk didepan rumah dengan lemas
Tidak lama ada tetangga yang sudah lama tinggal disana lewat sepertinya dia mengenal pria yang tengah duduk dengan wajah murung itu
"Halo....Pak Bram? ini benar kamu kan?" tanya tetangga itu dengan keterkejutannya
Bram bangkit lalu bersalaman
"Iya ini saya Mbak. Oiya saya mau tanya istri dan anak saya kemana ya? barangkali Mbak tahu kemana mereka pergi?"
"Bu Hana dan nak Seina sudah lama pergi. dulu sih ada beberapa pria bertubuh kekar merusak rumah ini. lalu saya dengar mereka pergi dari sini." jelasnya
Bram tentu terkejut
"Kalau boleh tahu mereka pergi kemana ya Mbak?"
"Saya gak tahu pak. saat itu saya gak ada di rumah jadi tidak sempat bertanya kemana mereka pergi."
Bram mengangguk. "Baiklah makasih info nya."
»»——(♪)——««
Hana/Bunda saat ini tengah belanja kebutuhan untuk warung bi Ijah, di salah satu pusat perbelanjaan dekat rumah lama
Bunda begitu merindukan rumah lama mereka hingga akhirnya memutuskan untuk belanja di sana supaya bisa melihat rumahnya
Selesai belanja Bunda sengaja berjalan melewati rumah lama mereka. dari kejauhan Bunda melihat seorang pria tengah berdiri tampak kebingungan
'Siapa itu? apa dia orang suruhan yang waktu itu? sedang mantau keadaan rumah?' batin Bunda penasaran
Karena begitu penasaran Bunda perlahan mendekat untuk melihat wajah seseorang itu
Begitu dekat wanita itu bersembunyi lamat-lamat memperhatikan dengan jelas. matanya seketika membulat ketika tahu siapa pria di depan rumah itu
"Ayah." Bunda berteriak histeris lalu berlari kencang mendekat kearah Bram
Mendengar teriakan yang suaranya tampak familier Bram celingukan hingga dirinya melihat sosok istrinya tengah berlari kearahnya
"Bunda." Bram berlari menghampiri
Posisi mereka berhadapan. Bunda beberapa kali mengucek mata dan menampar pipinya berkali-kali
Bram memegang tangan Bunda. "Stop! ini Ayah."
Bunda melepas tangan dari pegangan Bram, perlahan tangannya mengelus rahang Bram lalu tanpa seizinnya air mata lolos begitu saja seiring dengan detakan kencang di jantungnya
"Aku gak mimpi kan? Ini benar Ayah?"
Bram memegang tangan Bunda yang berada di pipinya. pria itu mengangguk dengan air mata tidak terbendung lagi
Dengan cepat Bunda memeluk erat Ayah. pelukan semakin di eratkan oleh Bram. mereka sama-sama menumpahkan kerinduan begitu mendalam
»»——(♪)——««
"A-ayah kenapa baru datang? apa Ayah lupa sama Bunda dan Seina? kamu kemana aja sih? empat tahun gak pulang." berbagai pertanyaan Hana lontarkan
Ayah tersenyum melihat istrinya. "Ayah rindu, sangat rindu sama istri dan putri Ayah. Maafkan Ayah yang baru pulang setelah empat tahun."
"Coba kamu ceritakan kenapa bisa selamat dari insiden itu dan kenapa selama empat tahun ini gak pulang." Bunda ketus. namun, di hatinya begitu sedih melihat penampilan suaminya yang begitu kurus
Bram menceritakan semuanya dari awal-akhir hingga pertemuannya dengan Alzam
"Jadi anak muda itu selalu membantu Ayah di sana? dan mengurus semua kepulangan Ayah ke Indonesia?" tanya Bunda
"Benar. Ayah sangat berterima kasih padanya, Bun."
"Kita berhutang budi Yah."
"Bunda tahu. anak muda itu siapa?" Bunda menggeleng
"Dia adalah putra Aska."
Bunda terkejut. "Putra Aska? Putra yang ke berapa? bagaimana Ayah tahu dia anak Aska?"
"Dia putra pertama Aska dan Zena, putra yang akan kita jodohkan dengan Seina dulu."
Lagi, Bunda terkejut. "masyaAllah. ini takdir, Yah. dunia begitu sempit hingga kamu bertemu dengannya."
"Iya bunda benar. Ayah sangat bersyukur karena bertemu dengan anak itu, dia begitu baik. rencananya Ayah akan melanjutkan perjodohan itu."
"Bunda terserah Ayah dan Seina aja. memang kenapa Ayah ingin melanjutkan kembali perjanjian itu?"
"Ayah gak mau kehilangan calon menantu seperti dia Bun. sangat langka mendapatkan anak muda seperti itu di zaman sekarang." Bram tersenyum
"Apa dia setuju di jodohkan dengan putri kita?"
Bram menggeleng. "Belum tapi dia akan menjawab setelah melihat putri kita nanti."
"Dimana anak itu sekarang Yah?"
"Masih melanjutkan studinya. dia akan pulang sebulan lagi untuk liburan semester."
Bunda mengangguk. "Kita juga harus beritahu Seina juga."
"Jangan sekarang. setelah Alzam memberi jawaban baru kita beritahu dia. Ayah takut Alzam menolak dan itu akan menyakiti hati Seina." kata Bram membuat Hana terkejut
"Apa? Ayah bilang siapa? Alzam?" Bunda memastikan
"Namanya Alzam. Bunda lupa?"
"Bukannya Azam? namanya Azam Yah." Bunda berusaha menyangkal
"Iya memang Azam itu panggilannya saat kecil tapi nama aslinya Alzam."
"Begitu ya?"
"Bunda kenapa sih? kenal dengan Alzam?
Halo Readers 👋Tinggalkan jejak
Vote
Komen ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZSEIN
Teen Fiction⚠️ DALAM TAHAP REVISI ⚠️ →Setelah baca tolong VOTE← Kisah cinta rumit antara Alzam Revansyah Askara dan Seina Naraya Bramesta Mereka dipertemukan disekolah SMAN 1 Biakarya Alzam sebagai kakak kelas Seina sebagai adik kelas Dalam pertemuan keduanya...