Seminggu telah berlalu
Sekarang ini Alzam tengah tertidur di dalam pesawat yang membawa pulang ke negara tercinta
Setelah berjam-jam perjalanan pesawat landing di Soeta. Alzam langsung pulang ke rumah menemui Mama dan adiknya. Alzam berniat meminta maaf pada Mama atas kelakuan labilnya dulu
Taksi berhenti di rumah yang di tuju. Alzam menekan bel berkali-kali. tidak lama terbuka menampilkan wajah wanita yang dia panggil Mama
"Azam. kamu pulang nak?" Mama langsung memeluk putra pertamanya
"Aku mau bicara sesuatu, Ma." Alzam membalas pelukan lalu melepasnya
"Bicara di dalam." titah Mama
Mereka duduk di sofa
"Azam mau minta maaf sama Mama." Mama mengerutkan dahi mendengar ucapan aneh Alzam
"Minta maaf kenapa?" pada akhirnya Mama Dian bertanya
"Atas semua kelakuan nakal Azam dulu. Azam juga sudah tahu semuanya, kenapa Mama lebih sayang sama Alfian." kata Alzam sendu
"Apa maksudnya nak? tahu semuanya bagaimana?" tanya Mama dengan keterkejutannya
"Aku bukan anak kandung Mama kan? aku anak Mama Zena, istri pertama Papa."
'DEGH' Dian terkejut bukan main, darimana Alzam tahu semuanya?
"Dari mana kamu tahu semua itu?" Dian menutup mulutnya
"Om Bram."
"Bram? Bramesta? bukannya dia sudah meninggal?"
"Kita bertemu di Kanada. Om Bram tidak meninggal di insiden itu, Ma."
"Begitu kah? Mama juga minta maaf sama kamu, Zam. karena tidak bisa menjadi Mama yang adil untuk Azam. Mama menyesal setelah kepergian kamu dulu." Dian benar-benar menyesali sikap tidak adilnya
"Aku sudah maafin Mama. aku bersyukur Mama gak pernah ngeluh sedikitpun merawat Azam yang notabene adalah anak mantan istri dari Papa."
"Sebenarnya Mama tidak membenci Azam dan mama Zena, tapi Mama benci karena di akhir hayatnya Papamu mencintai Zena. jadi Mama terkadang kesal melihat wajahmu, Zam. karena kamu bahkan lebih mirip dengan Papa di banding Fian." jelas Mama
"Apa maksudnya, Ma? siapa Mama Zena." Alfian menginterupsi ketika datang tidak sengaja mendengar obrolan mereka
"Sini duduk! Mama mau jelasin sesuatu sama Fian." titah Mama yang segera di lakukan oleh putranya
Alfian terdiam setelah mendengar cerita dari Mama. dirinya dan Alzam saudara seAyah tetapi berbeda Ibu? yang benar saja? ini tidak masuk akal
"Abang sudah tahu ini semua?" tanya Alfian menatap Alzam intens
"Iya." ketus Alzam
"Sory Bang. dulu gue suka bicara kasar ke lo. gue dengar cerita dari Seina kalau lo merasa di pilih kasih, gue gak sadar selama ini." Alfian tulus
"Iya sudah gue maafin." ucapan Alzam membuat Alfian tersenyum kemudian memeluk Abangnya. "Thanks Bang."
"Abang harus tahu sesuatu." kata Alfian
"Apa?"
"Gue pacaran sama Mika."
"Hah?" Alzam memastikan pendengaran
"Abang budeg?"
"Beneran kalian pacaran?" Alzam terkejut bukan main. bukan karena patah hati hanya terkejut
"Kenapa Bang? Abang gak suka gue pacaran sama Mika? Abang suka sama Mika?" tanya Alfian begitu melihat Alzam tiba-tiba terdiam
"Nggak. gue sudah gak ada rasa sama Mika. gue ikut senang kalian pacaran."
"Syukurlah. gue tahu lo pernah cinta sama cewek gue kan?"
Alzam mengangguk. "Tapi itu dulu. sekarang sudah nggak."
"Sudah nemu cewek bule di Kanada ya?" tanya Alfian
"Mana ada, nggak lah." elak Alzam
"Bener nih?"
"Gimana kabar Seina?" Alzam bertanya serius
"Dia sehat walafiat tapi selama setahun ini banyak perubahan di hidup dia. gue kasihan sama dia Bang."
"Memang dia kenapa?" tanya Alzam
"Di hari yang sama saat lo berangkat ke Kanada. keluarga Seina terkena masalah, rumahnya di sita. Seina sama Bunda sekarang tinggal di rumah seorang janda baik hati. gak tahu siapa namanya." jelas Alfian
Alzam begitu terkejut. 'Seina ternyata saat gue pergi, lo sedang dalam masalah. maaf gue gak tahu sama sekali' batinnya
"Kasih tahu tempat tinggal Seina sekarang." titah Alzam
"Elah. mau ngapain sih Bang?"
"Diam deh! tinggal kasih aja apa susahnya." Alzam sewot
"Bentar gue tanya Mika dulu."
"Kelamaan bego. gue jemput Mika aja minta antar ke dia."
"Eh apa-apaan? nggak ada antar-antaran. sudah di share tuh sama Mika lokasi Seina." Alfian menyodorkan Hp-nya
"Posesif banget lo." cetus Alzam
"Kalau iya kenapa? Mika pacar gue. gak akan gue biarin kalian ketemu berdua tanpa sepengetahuan gue." Alfian ketus
"Jangan banyak cingcong. kirim alamat itu ke nomor gue sekarang juga!"
"Gak aktif yaelah."
"Nih gue ganti nomor." Alzam memperlihatkan nomor barunya
Alfian mengetikan nomor baru Alzam ke HP-nya setelah itu langsung mengirimkan alamat tempat tinggal Seina
"Thanks." Alzam bangkit dan segera meninggalkan tas beserta barang miliknya di sana
"Sama-sama." Alfian melongo melihat kelakuan Abangnya. baru datang dari benua lain, bukannya istirahat malah keluyuran ke alamat Seina
'Ada apa sama Abang? jangan-jangan Abang suka sama Seina?' batin Alfin
"Lho ini Abangmu kemana, Fian? kok gak ada?" tanya Mama sambil membawa gelas berisi minuman dan beberapa camilan
"Ke rumah Seina, Ma."
"Seina? pacarnya? kok Mama gak asing sama namanya ya."
"Sebentar lagi kayaknya, Ma." celetuk Alfian mesem-mesem sendiri
"Cantik nggak anaknya?" tanya Mama
"Mama pernah lihat, cantik kok. tapi lebih cantik Mika kemana-mana."
Mama mendengus sebal. "Bucin akut."
Halo Readers 👋
Tinggalkan jejak
Vote
Komen ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZSEIN
Teen Fiction⚠️ DALAM TAHAP REVISI ⚠️ →Setelah baca tolong VOTE← Kisah cinta rumit antara Alzam Revansyah Askara dan Seina Naraya Bramesta Mereka dipertemukan disekolah SMAN 1 Biakarya Alzam sebagai kakak kelas Seina sebagai adik kelas Dalam pertemuan keduanya...