27||Reaksi Seina

67 7 1
                                    

"Ibu sudah ngantar Alzam? gimana diperjalanan lancar kan?" tanya Pak Ahmad begitu melihat istinya datang yang tak lain adalah Bu astuti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ibu sudah ngantar Alzam? gimana diperjalanan lancar kan?" tanya Pak Ahmad begitu melihat istinya datang yang tak lain adalah Bu astuti

"Alhamdulillah lancar Pak. tadi sempet mampir pamitan ke tambatan hati dia. tapi gitu deh, ribet cinta anak sekarang, ya gak bi Ijah." Bu Astuti tergelak dan melihat kearah Bi Ijah yang berada disampingnya

"Hehe iya." Bi Ijah tersenyum

"Ya sudah. oiya bi Ijah mari mampir dulu ke rumah, ada yang mau saya sampaikan." ajak pak Ahmad

"Ada apa Pak?" tanya istrinya penasaran

"Kita bahas di dalam saja, yuk Bi masuk." pria paruh baya itu mempersilahkan masuk

Mereka duduk di sofa

"Ada apa Pak Ahmad? sepertinya penting sekali." tanya Bi Ijah penasaran

"Begini, saya tadi ke masjid. disana saya melihat ada 2 wanita ibu dan anak, mereka sedang ada masalah. di usir dari rumahnya. nah, saya kasih usul gimana kalau mereka tinggal di rumah Bi Ijah, mengingat Bibi sekarang tinggal sendirian dan Alzam juga tidak ada. Itu terserah Bibi mau atau tidak membantu mereka." papar pria paruh baya itu sedikit berharap

"Kasian sekali ya, saya setuju mereka tinggal bersama saya. Alzam juga pergi, saya jadi kesepian. tolong sampaikan pada mereka untuk segera ke rumah ya pak Ahmad." Bi Ijah tersenyum hangat

"Alhamdulillah, masyaAllah. terima kasih, saya tidak menyangka Bibi begitu bermurah hati, ya sudah saya akan menyampaikan sekarang." Pak Ahmad bangkit

"Kenapa Pak? tidak menyangka apa?" tanya Bu Astuti yang baru datang dengan membawa 1 gelas berisi teh hangat

"Ini lho Bu ada sesuatu. Bapak pamit sebentar, Ibu bisa tanyakan pada Bi Ijah. Assalamualaikum." pamit lelaki paruh baya itu

"Waalaikumsalam." ucap kedua wanita paruh baya serentak

"Ada apa Bi?" Bu astuti menatap Bi Ijah

Bi Ijah menceritakan semua, istri pak Ahmad tampak mengangguk mengerti

"Alhamdulillah, ya sudah silakan di minum dulu Bi" kata Bu astuti

»»——(♪)——««

Pak Ahmad ke masjid dengan sedikit tergesa-gesa ingin cepat menyampaikan berita baik ini pada Bunda dan Seina

"Assalamualaikum, Alhamdulillah kalian masih disini." salam Pak Ahmad begitu memasuki masjid

"Waalaikumsalam pak Ahmad." balas Bunda dan Seina

"Jadi begini. tadi saya sudah berbicara dengan tetangga saya, beliau Alhamdulillah setuju untuk kalian tinggal di rumahnya." jelas pria paruh baya itu

"Alhamdulillah pak Ahmad beneran? Ya Allah terima kasih atas bantuannya." Bunda bersujud syukur

"Pak Ahmad terima kasih, saya janji akan ingat kebaikan bapak dan tetangga bapak yang baik hati itu." Seina merasa terharu

"Iya nak, saya dan tetangga saya hanya perantara dari pertolongan Allah." Pak Ahmad mengoreksi

"Mari kita ke rumah beliau sekarang, hari sudah semakin larut."

»»——(♪)——««

"Maaf rumah ini sederhana seperti kelihatannya." kata Bi Ijah begitu Bunda dan Seina datang

"Meskipun sederhana rumah ini rapi dan tertata, saya bersyukur anda mengizinkan kami tinggal disini." Bunda segera memeluk Bi Ijah erat, dia sangat berterima kasih padanya

"Terima kasih lah pada Allah." jelas wanita paruh baya itu

"Bi Ijah saya gak nyangka orang baik itu adalah Bibi." giliran Seina memeluk wanita itu

"Lho kamu kenal sama Bibi nak?" Bi Ijah tampak terkejut dibalas anggukan oleh Seina

"Aku sekolah di SMA Biakarya, suka lihat Bibi di warung sebrang." ucap gadis itu

"Pantas Bibi seperti familier dengan kamu."

Pak Ahmad dan Bu astuti hanya diam melihat interaksi hangat mereka meskipun baru bertemu

"Alhamdulillah ternyata nak Seina dan Bi Ijah sudah kenal." ucapan pria paruh baya itu sedikit mengejutkan Bi Ijah dan Bu Astuti

"Seina?" beo mereka berdua

"Nama kamu Seina?" Bi Ijah memastikan. gadis itu mengangguk

"Bisa kebetulan sekali ya Bi." Bu astuti menatap Bi Ijah

"Iya bu Astuti, baru saja tadi kita ke rumahnya yang ternyata kosong. sekarang malah ada disini dan akan tinggal sama Bibi." ucap Bi Ijah

"Kenapa kalian ke rumah kami? ada apa memangnya?" Bunda tampak terkejut

"Begini tadi kami mengantar anak angkat saya katanya mau pamit dengan teman nya, namanya Seina. kebetulan dia baru lulus dari SMA Biakarya lho dan melanjutkan study di luar negeri." jelas bi Ijah

"Siapa Bi? aku gak tahu sama sekali." setelah mengucapkan itu Seina melamun

'Apa jangan-jangan kak Alzam' batinnya

"Namanya Alzam, dia anak angkat saya. kebetulan dari semenjak kelas 1 SMA selalu kesini, sesekali menginap di rumah Bibi. kamu kenal sama Alzam kan?" papar bi Ijah

Duarrrrr bak di sambar petir di siang bolong, Seina mendadak lemas, tubuhnya beringsut, mata indahnya perlahan mengeluarkan air bening

"Kak Alzam? jadi dia beneran kuliah di luar negeri?" lirih Seina

Bunda tidak menyangka dengan reaksi Seina, kenapa anaknya menangis mendengar kepergian pria itu

Bunda memeluk anak gadisnya di susul oleh Bi Ijah dan Bu astuti

"Bundaaaaa kak Alzam pergi tinggalin Seina."

"Sabar ya nak." Bunda menenangkan

"Alzam akan balik lagi kok, kamu sabar ya." Bi Ijah ikut menenangkan

" Bi Ijah ikut menenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Halo Readers 👋

Tinggalkan jejak
Vote
Komen ❤

ALZSEINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang