Sementara itu Alzam bersama Bi Ijah dan Bu Astuti telah turun dari mobil
Mereka menatap sebuah rumah yang terlihat kosong dan sepertinya terkunci, ketiganya celingukan mencari pemilik rumah
"Sepertinya gak ada orang, Zam." kata Bi Ijah dengan menatap Alzam yang tampak lesu
"Masa sih bi, mereka kemana ya." tanya Alzam dengan tatapan tertuju ke segala arah mencari sosok yang dicarinya
Sedangkan bu Astuti tampak risau dengan sesekali melihat ke jam tangannya
"Penerbangan sebentar lagi berangkat, kamu harus cepat-cepat ke bandara, Zam. tinggal tersisa 30 menit lagi." kata Bi Astuti
Alzam mengangguk pelan, "Ya sudah kita ke bandara sekarang Bu."
"Kamu yakin mau berangkat? Bibi lihat wajah kamu seperti gak ikhlas untuk pergi." tanya Bi Ijah dan Bu Astuti juga mengiyakan
"Yakin Bi, aku sudah terlanjur terima beasiswa, rugi kalau di batalin, aku juga mau mulai hidup baru di sana." Alzam yakin walaupun di hatinya ada sedikit rasa tidak ikhlas
"Ya sudah, Mama kamu sudah tahu kan kalau kamu mau berangkat?" mendengar pertanyaan itu Alzam menggeleng
"Kemarin aku sudah pamit, gak di izinin sih cuman aku tetap mau pergi, orang mereka gak peduli." Alzam tersenyum kecut
"Zam dengerin Ibu, restu seorang ibu itu sangat penting untuk kelancaran seorang anak." Bu astuti menasehati
"Gimana lagi sudah terlanjur." Bi Ijah dan Bu astuti mengangguk pasrah
"Bu boleh aku pamitan ke seseorang lagi? sebentar." pinta Alzam
"Siapa? Mama kamu? ya sudah ayo waktunya mepet nih, Zam." kata Bu Astuti
"Dia orang yang aku cinta Bu, Bi." ucap Alzam membuat Bi Ijah dan Bu Astuti mengerutkan dahi
"Lho tadi kan rumahnya kosong, Zam gimana kamu ini." Bu Astuti tak habis fikir
"Ini orangnya beda, aku cinta sama Mika sedangkan yang tadi gak ada di rumahnya itu teman baik aku namanya Seina." jelas Alzam tapi saat mengatakan Mika adalah cintanya, perasaannya biasa saja
"Bibi kira yang tadi gak ada di rumah itu tambatan hati kamu." Bi Ijah bingung sendiri
"Tahu nih ternyata teman toh, ribet ya cinta anak zaman sekarang." timpal Bu Astuti tergelak
Mereka sampai di rumah Mika. Bi Ijah dan Bu Astuti menunggu di mobil sedangkan Alzam tengah menekan bell, tidak lama Mika keluar, gadis itu mengerjapkan mata
"Kak Azam? ada apa? tumben kesini, yuk masuk dulu." tanya Mika sambil mempersilahkan masuk
"Gak usah Mik, gue cuman sebentar kok."
"Kenapa kak?"
"Gue boleh peluk nggak?" tanya Alzam membuat Mika heran
"Boleh, memang kenapa kak?"
"Gue pamit ya Mik." Alzam langsung memeluk gadis itu
"Pamit? Memang kakak mau kemana?" mendengar itu sontak Mika melepas pelukan Alzam
"Gue mau kuliah di kanada, bentar lagi gue berangkat." Alzam tersenyum tipis
"Kok dadakan sih? Ih kak Azam gitu." Mika memukul dada Alzam
"Titip salam buat Papa ya, oiya satu lagi tolong kasih tahu Seina kalau gue pamit dan sampaikan permintaan maaf gue karena gak sempet pamitan ke dia." kata Alzam yang mendadak sedih
"Ih kak, masa mau ninggalin aku sih. kakak gak usah pergi ya." rengek Mika
"Gak bisa Mik. kalau gitu gue berangkat ya. jangan lupa kasih tahu Seina." Alzam pergi begitu saja
Sontak Mika berlari kearah Alzam dan langsung memeluk pria itu dari belakang, mereka tersenyum kemudian Alzam masuk ke dalam mobil
Tidak di sangka ternyata hal itu di saksikan oleh Alfian yang kebetulan ingin mengunjungi Mika. tapi begitu sampai dia di suguhkan pemandangan tidak mengenakan
Entah kenapa Alfian mendidih melihat Mika berpelukan dengan Alzam, dia berputar balik karena takut merusak suasana
'Duh kenapa dada gue sakit lihat mereka pelukan?' batin Alfian sambil memegang dadanya
»»——(♪)——««
"Gimana? sudah lega pamitan sama dia?" tanya Bi Ijah ketika Alzam sudah duduk di mobil
"Kenapa hati aku masih ganjal ya Bi, padahal aku sudah pamitan sama Mika. tadi juga kita pelukan tapi perasaanku biasa aja, gak ada rasa lega sedikit pun, kenapa ya?" keluh Alzam
"Mungkin karena belum pamit sama siapa itu namanya? Seina, kali. jadi gitu deh." bukan bi Ijah yang menjawab melainkan Bu Astuti
'Masa sih?' batinnya
Tidak lama mobil sampai di bandara dan itu detik-detik pesawat akan berangkat, sekitar 10 menit lagi
Alzam berpelukan dengan Bi Ijah
"Bi makasih ya sudah mau jadi ibu angkat ku. aku janji akan ingat jasa Bibi, oiya aku boleh panggil Bibi dengan sebutan Ibu? aku mau ganti panggilan." tanya Alzam dengan air mata tak terkontrol
Bi Ijah mengangguk "Tentu boleh, Zam, Ibu sangat senang kamu panggil itu, kamu anak Ibu."
Mereka menangis tidak rela melepas kepergian Alzam
Alzam beralih memeluk Bu Astuti "Bu makasih sudah banyak bantu aku dan Ibu, aku titip Ibu ke bu astuti ya." .
"Iya Zam, bu Tuti akan jaga Ibu kamu ini." jawab Bu Astuti sambil melepas pelukan
"Bu, Alzam pamit ya. aku titip teman-teman aku. Fery, Nando sama Galuh. kalau ketemu mereka tegur aja. bilang di suruh Alzam dan sampaikan permintaan maaf aku karena gak sempet pamitan, aku gak kuat pamitan ke mereka." lirih Alzam kembali merengkuh Ibu Ijah
"Iya anak Ibu, kamu hati-hati ya. jaga diri baik-baik di negeri orang, jangan lupain kita semua ya, Zam." lirih Ibu Ijah
Mereka melepas pelukan, Alzam melangkahkan kaki dengan berat kemudian masuk ke dalam kabin pesawat
Bu Ijah dan Bu astuti melambaikan tangan begitupun dengan Alzam
Halo Readers 👋
Tinggalkan jejak
Vote
Komen ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZSEIN
Teen Fiction⚠️ DALAM TAHAP REVISI ⚠️ →Setelah baca tolong VOTE← Kisah cinta rumit antara Alzam Revansyah Askara dan Seina Naraya Bramesta Mereka dipertemukan disekolah SMAN 1 Biakarya Alzam sebagai kakak kelas Seina sebagai adik kelas Dalam pertemuan keduanya...