21||Sisi lemah Alzam

85 11 2
                                    

Alzam yang saat itu berjalan searah dengan mobil Bella sedangkan Fery, Nando, dan Galuh berbeda arah mengernyitkan dahi, Alzam heran ketika melihat mobil Bella berhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alzam yang saat itu berjalan searah dengan mobil Bella sedangkan Fery, Nando, dan Galuh berbeda arah mengernyitkan dahi, Alzam heran ketika melihat mobil Bella berhenti

Alzam pun memutuskan untuk berhenti guna mencari tahu ada apa. sejenak di perhatikan hingga melihat Seina turun dari mobil sendirian sedangkan mobilnya sudah berjalan, lalu Alzam melihat Seina masuk ke dalam konter

Penasaran hingga memutuskan untuk parkir di area konter, kemudian masuk ke dalam konter tersebut

Alzam mengedarkan pandangan hingga fokusnya tertuju pada gadis yang dicari, Seina sedang mengobrol dengan pegawai disana. Alzam pun menghampiri gadis itu

"Hei, lagi apa disini?" Alzam menepuk bahu Seina membuat si empu terkejut

"K-kak Alzam? aku mau beli hp, kakak lagi apa disini?" gugup Seina bertanya balik

"Gue lihat lo masuk sini jadi gue ikutin." jelasnya

"O-oh kenapa ikutin aku?"

"Penasaran aja, sih. ya sudah sana pilih-pilih hp mana yang mau dibeli." titah Alzam

Seina melihat-lihat berbagai merk hp

"Harga merk Oddo jenis ini berapa?" tanya Seina pada pegawai disana

"Yang itu sekitar 3 juta, kak. karena kualitas kamera dan juga keluaran terbaru merk Oddo." pegawai itu menjelaskan dengan senyuman

"Kalau begitu boleh deh yang ini aja," kata Seina membuat Alzam menggeleng lucu

'Memang ya cewe kalau beli hp bisa-bisanya gak tanya lebih detail' batin Alzam

Pegawai tampak akan membungkus hp yang dipilih Seina, namun. Alzam langsung menghentikannya

"Tunggu dulu."

"Iya, ada yang mau ditanyakan?" pegawai itu menghentikan aktivitasnya dan menatap Alzam

Alzam bertanya-tanya mengenai jenis, Ram, bahkan semuanya  ditanyai. pegawai menjawab dengan tegas. Alzam puas dengan jawaban yang pegawai itu berikan, kemudian Alzam menyuruh membungkusnya kembali

Sedangkan Seina hanya diam karena tidak mengerti apa yang Alzam tanyakan, tapi bisa Seina lihat bahwa Alzam tampak membantunya

Mereka keluar, sekarang posisinya berada tepat di parkiran

"Lain kali kalau beli sesuatu itu tanya dulu yang detail. takutnya gak sesuai yang lo mau, misalnya kameranya jelek, ram nya kecil, dsb. nanti lo nyesel pas sudah beli." Alzam mengomeli Seina panjang lebar

"Iya kak, aku gak terlalu ngerti masalah hp jadi maklum. makasih ya kakak sudah bantu aku." Seina tersenyum manis membuat Alzam mendadak terpukau

"Y-ya sudah yuk pulang, biar gue anterin sampe rumah."

"Beneran kak?" Seina memastikan

"Iya, ayuk. terlanjur gue ikutin masa gak nganter."

"Oke, kalau kakak gak keberatan aku sih terima aja. lumayan hemat uang." Seina sedikit tertawa

"Yuk naik," Alzam terkekeh mendengarnya

»»——(♪)——««

🗣️: Lagi apa Fian?

📞: Rebahan, Mik

🗣️: Ya sudah istirahat yang banyak

📞: Perhatian banget sih Mikaku

🗣️: Hah, Mikaku?

📞: Iya Mikaku, kenapa?

🗣️: N-nggak, o-oke istirahat ya

Mika memutuskan panggilan kemudian memegang dada, jantungnya berdetak kencang mendengar Alfian memanggilnya Mikaku. sungguh perasaan Mika bahagia

'Fian panggil aku Mikaku?' batinnya bersorak gembira

»»——(♪)——««

Selesai mengantar Seina pulang, kini Alzam berada di warung bi Ijah sendirian

Alzam termenung, entah apa yang ada dipikirannya saat ini

Bi Ijah tidak terkejut melihat Alzam seperti itu, dirinya sudah terbiasa melihatnya. bahkan bi Ijah menjadi pendengar setia Alzam saat pria itu membutuhkan teman curhat

"Ada masalah lagi, Zam?" tanya Bi Ijah dengan tangan terus memotong sayuran yang akan dibuat campuran bakwan

"Apa kehadiranku gak di inginkan ya Bi? bahkan Mama gak pernah menanyakan hari-hariku gimana, tapi aku selalu dengar dia nanyain apapun pada adikku. apa benar gak ada yang peduli sama aku?" Alzam mengeluh pada B Ijah, hanya di hadapan bi Ijah dia menunjukan sisi lemahnya

Wanita paruh baya mendengarkan, sesekali menghela nafas panjang. dia tahu betul seperti apa kehidupan Alzam karena selalu menceritakan semua yang dialaminya pada dirinya

"Bi, aku capek. Mama dan adikku selalu memandangku sebelah mata. mereka selalu melihat sisi buruk ku, aku sadar aku memang nakal dan susah diatur." Alzam tampak mengeluarkan air mata

"Tapi apa pernah mereka nanya penyebab aku ngelakuin itu? mereka bahkan gak peduli aku hidup atau mati." lanjut Alzam yang wajahnya sudah memerah, berusaha keras menahan air mata

Bi Ijah tampak iba melihat Alzam, perlahan di dekatinya Alzam yang sudah dia anggap sebagai anak sendiri, di peluknya tubuh rapuh Alzam itu

Alzam terisak dalam pelukan bi Ijah. semua bebannya di tumpahkan dalam tangisan, dadanya naik turun seiring dengan air mata yang turun dari pelupuk mata sayu nya

"Aku benci semua orang, gimana kalau aku mati ya bi? apa mereka akan sedih dan kehilangan? atau justru sebaliknya gak peduli sama sekali?"

Bi Ijah tidak kuat mendengar penuturan Alzam, air mata turun tanpa di inginkan Bi Ijah ikut terisak

Mereka terisak bersama dalam pelukan hangat, pelukan layaknya seorang Ibu dan anak, pelukan yang sama sekali tidak pernah Alzam dapatkan dari Mamanya

Mereka terisak bersama dalam pelukan hangat, pelukan layaknya seorang Ibu dan anak, pelukan yang sama sekali tidak pernah Alzam dapatkan dari Mamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















Halo Readers 👋

Tinggalkan jejak
Vote
Komen ❤

ALZSEINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang