"Jangan pernah kamu bicara seperti itu lagi! bibi gak suka mendengarnya, kamu anak kuat, bibi menyayangimu layaknya anak bibi sendiri. jadi jangan bicara sembarangan-,"
"Tidak ada seorang ibu yang tidak menginginkan seorang anak. bahkan bibi menginginkannya, tapi anak bibi malah pergi selamanya bersama suami bibi meninggalkan bibi sendirian. tapi sekarang bibi sudah punya anak yaitu kamu Alzam-,"
"Mungkin Mamamu tidak tahu kalau sikapnya menyakiti hati kamu. tapi bibi yakin dia sayang sama kamu, Alzam hanya perlu bersabar atas semua yang dialami, bibi yakin pasti akan ada kebahagiaan menyertai anak bibi ini."
Bi Ijah menasihati Alzam panjang lebar, Alzam tampak lega setelah menumpahkan tangisnya dan mendengar nasihat dari bi Ijah
"Alzam bersyukur setidaknya masih punya bibi, gimana jadinya hidup aku kalau gak ada bibi. makasih ya bi sudah sudi dengar keluhan anak malang ini." Alzam mengeratkan pelukan pada wanita yang sudah dia anggap sebagai ibu
"Sudah sesi tangisnya, bibi mau lanjutin iris sayuran dulu." Bi Ijah melepas pelukan, di seka air mata yang sejak tadi menggenang di pipinya
Alzam melakukan hal yang sama, dia terkekeh, baru saja mereka menangis tapi bi Ijah langsung melanjutkan aktivitasnya
Tidak sadar hari semakin larut sedangkan Alzam kini meringkuk di kursi panjang warung bi Ijah
Wanita itu membiarkan begitu saja, tidak tega jika harus di bangunkan, biarkan saja Alzam tidur disini sampai besok pagi
»»——(♪)——««
Pukul 6 pagi Alzam terbangun, meregangkan otot, matanya tampak perih. tentu saja mata itu membengkak akibat tangisan kemarin
Di raihnya hp dalam saku. Alzam tersenyum kecut, tidak ada notifikasi dari adiknya sama sekali sekedar menanyakan di mana keberadaannya, seperti yang kemarin dia lakukan saat Alfian belum pulang saat magrib
Bi Ijah sibuk menyiapkan dagangannya kemudian melihat Alzam terduduk menatap hp
"Sudah bangun, Zam? sana mandi dulu terus nyebrang sekolah!"
Sekolah SMA Biakarya bersebrangan dengan warung bi Ijah
"Iya, bi." Alzam mengangguk pasrah
Selesai mandi Alzam sarapan dengan surabi dan bakwan yang di siapkan oleh bi Ijah, kemudian Alzam melihat aktivitas yang di lakukan oleh bi Ijah
"Lihat bi, bahkan aku gak pulang semalam pun gak ada yang telpon sekedar nanya dimana. sebegitu gak pedulinya mereka." Alzam melirih
"Mungkin mereka lupa, ya sudah sana nyebrang." bi Ijah mengalihkan pembicaraan membuat Alzam mendengus kesal
"Ya sudah kalau gitu aku sekolah dulu." Alzam mencium tangan Bi Ijah kemudian keluar dari warung itu
Saat keluar Alzam di kejutkan oleh panggilan dari ketiga sahabatnya
"Zam, masih pagi dah nongki aja." kata Fery
"Ya." balas Alzam ketus
"Ketus banget responnya hm." sindir Nando
"Biasa, kayak gak tahu sama siapa aja. yuk ke sekolah." ajak Galuh
"Diam lo pada." ujar Alzam
"Iye dah. diam-diam kalian." Fery menengahi
»»——(♪)——««
Alfian tampak memaksakan diri untuk menjemput dan mengantar Seina berangkat sekolah
Motornya berhenti di pekarangan rumah Seina, Alfian menekan bell tidak lama keluar Bundanya Seina, menyadari Alfian yang datang Bunda tampak senang
"Alfian." sapa Bunda
"Bun." Alfian mencium tangan Seina
"Mau jemput Seina ya?" tanya Bunda dibalas anggukan oleh pria itu
"Tapi Seina baru aja berangkat, dia naik ojol." kata Bunda
"Yah aku telat ya bun." Alfian menggaruk tengkuk
"Iya nih, gimana sih kamu ini mau berangkat bareng anak bunda harus pagi biar gak ketinggalan." kelakar Bunda ramah
"Oke deh, lain kali aku akan pagi buta buat jemput Seina. aku pamit sekarang deh Bun."
"Lho iya, sana. sudah siang tahu."
Alfian menyusuri jalanan dengan kecepatan tinggi, tapi dari kejauhan dia melihat seseorang yang di kenalnya tengah berlari kencang
'Bukannya itu Mika?' batinnya
Motor Alfian berhenti tepat di depan gadis itu
"Fian." cicit Mika
"Lo ngapain jalan sendiri Mik? sudah siang nih, mau bareng gue?" tawar Alfian
"Aku tahu ini sudah siang, aku telat bangun, mau pesen ojol hp aku lupa di charge. jadi aku lari aja sekalian cari angkutan umum." jelas Mika
"Lagian kesiangan segala, yuk naek. gue antar." Mika segera menaiki motor Alfian
Setelahnya mereka mengobrol dengan asyik di perjalanan, sampai akhirnya mereka sampai di depan gerbang SMA Biakarya
Kebetulan gerbang akan segera di tutup, Mika panik setengah mati, hingga dirinya tanpa sadar langsung berlari tanpa pamitan pada Alfian
Alfian geleng-geleng kepala melihat tingkah lucu Mika
'Lucu banget sih, selama ini gue kemana aja. baru lihat ternyata Mika selucu dan secantik itu.' batin Alfian
Mika yang baru menyadari belum pamit pada Alfian, akhirnya putar balik. untung saja Alfian masih ada didepan gerbang
"Fian makasih sudah antar aku, maaf tadi kelupaan belum pamit." teriak Mika dari dalam gerbang, karena baru saja gerbang ditutup
"Iya Mika." Alfian juga berteriak
Halo Readers 👋
Tinggalkan jejak
Vote
Komen ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZSEIN
Teen Fiction⚠️ DALAM TAHAP REVISI ⚠️ →Setelah baca tolong VOTE← Kisah cinta rumit antara Alzam Revansyah Askara dan Seina Naraya Bramesta Mereka dipertemukan disekolah SMAN 1 Biakarya Alzam sebagai kakak kelas Seina sebagai adik kelas Dalam pertemuan keduanya...