✨61✨

409 39 5
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.

Malam yang tenang ditemani bintang-bintang sebelum Ival menghancurkan ketenangan itu dengan mendatangi Theo dan menunjukkan foto adik bungsu mereka yang terbaring di rumah sakit dengan tangan di gips.

Saat itu juga mereka berdua berniat pulang namun dosen yang juga ikut dalam perkemahan itu melarang, turun gunung saat malam hari jelas berbahaya.

Pada akhirnya kedua saudara itu hanya bisa pasrah dan menunggu sembari bertukar kabar mengenai keadaan Alanka, sedikit banyak bisa bernafas lega ketika Wiradarma mengirimi mereka video singkat Alanka yang merengek kesal karena si jahil Rayyan.

" Btw Adek lu mirip ya sama cewek yang lu ajak ke prom "

Ival tersentak, dengan cepat menoleh ke belakang mendapati presensi Alexandre yang tersenyum manis sambil bersidekap dada.

" Gue tau Kaf "

Mata Ival berkeliak, lantas menarik tangan Alexandre agak menjauh dari keramaian. Tidak boleh ada yang tau tentang siapa sebenarnya 'gadis' yang pernah ia kenalkan sebagai 'pacar barunya'

" I see, lu ngelakuin itu biar Beverly gak deketin lu lagi kan " Tebakan Alexandre tepat sasaran

" Darimana lu tau kalau 'cewek gua' itu sebenarnya Adek gua? "

Alexandre terkekeh, mudah saja

" Dadanya rata "

Ival menghela nafas.

" Tenang Kaf, cuma gue yang tau soal ini "

Ival mendongak, bisakah playboy kelas kakap ini dipegang omongannya?

" Tapi mulai detik ini, jaga baik-baik Adek lu, karena bisa aja gue belok gara-gara dia " bisik Alexandre yang membuat tangan Ival terkepal kuat.

' brengsek '

-------

Saat ini Alanka hanya ditemani oleh Oma dan Kakeknya sebab papa dan Abang-abangnya harus disibukkan dengan rutinitas masing-masing. Bungsu kesayangan itu sempat menangis karena bosan dan Kakek Simon yang sangat pengertian berinisiatif untuk mengajaknya jalan-jalan dan itu membuat senyum gusi si mungil muncul kembali.

" Go go Kakek " ucap ceria Alanka yang sudah duduk di kursi roda, bersemangat sekali ingin diajak jalan-jalan. Bosan juga selama tiga hari hanya terjebak di ruangan ini.

" Iya kita jalan sekarang, Taravina. Kau yakin tidak mau ikut? " Tanya Kakek Simon pada wanita yang menjadi besannya itu, Oma Taravina menggeleng dia cukup menunggu disini saja.

" Oh baiklah kalau begitu, kami pergi dulu " Kakek Simon mendorong kursi roda Alanka meninggalkan ruangan.

Mereka sekarang berada di taman, selain cucu dan kakek itu juga ada pengunjung dan pasien lain.

" Nah kita disini saja " Kakek Simon duduk di satu-satunya bangku besi ber cat putih yang tersisa, lumayan juga jarak dari kamar rawat Alanka ke taman ini.

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang