✨77✨

491 42 24
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.


Alanka buru-buru bangkit meninggalkan Jojo yang dikeluarkan dari dalam kandang begitu saja bersama Kenken yang sudah menatapnya lapar begitu melihat Hansen datang dengan wajah lebam, menarik yang lebih tua untuk duduk di sofa dan segera mengambil kotak kecil berisi kapas, alkohol, dan plester luka.

Hansen terpaku melihat bagaimana Alanka dengan raut khawatir tampak serius mengobati lukanya, dia kira Alanka akan marah dan mengabaikan tetapi malah perhatian yang ia dapat. Sececah sesal muncul namun ia tepis itu semua, menghempaskan tangan Alanka yang kembali hendak menyentuh lukanya

" Alan belum selesai obati tau " gerutunya dengan aksen yang lucu, sangat menggemaskan.

" Gak perlu aku bisa sendiri, harusnya kamu gak usah peduli sama aku yang udah bikin kamu sakit gara-gara omongan aku "

Alanka tersenyum simpul, menarik tangannya kembali
" Alan gapapa, dari dulu kan Alan emang sakit "

Hansen terperangah, benar. Alanka memang lemah sejak kecil. Penyakitnya bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh.

" Tapi Abang bilang Alan gak repotin kok. Alan sakit bukan Alan yang mau, Abang juga gak mau lihat Alan sakit. Abang suka sedih kalau Alan drop makanya Alan berusaha untuk tetap sehat tapi kadang tubuh Alan kasih sinyal supaya Alan istirahat dengan beri sakit "

" Ya makanya kamu harus bisa jaga diri, jangan kebiasaan repotin orang. Abang kamu ngomong gitu karena gak tega, sedih lagi, nangis lagi. Cengeng!"

Raut wajah Alanka berubah muram namun secepat itu juga ia kembali menunjukkan wajah yang ceria,

Senyumnya melebar, Hansen meninggikan alis.

" Alan tanya Hans kenapa luka? Berantem sama siapa? Bukan karena Abang kan? Alan sudah bilang-bilang supaya Abang maafin Hans "

Terkesiap, Hansen menatap lekat Alanka. Kenapa Alanka malah meminta maaf atas dirinya padahal ia tak pantas mendapatkan itu.

Ia menggeleng

" Bukan, ini karena Gal-- " Untung tidak keceplosan, entah bagaimana jadinya kalau Alanka tau dia adu jotos dengan Abang-nya satu itu.

" Galon iya Galon " ia mengusap tengkuknya canggung, Alanka menelengkan kepalanya bingung

" Galon? "

Emangnya Galon bisa buat Hansen luka sampai segitunya ya?

" Enggak. Hans bohong"

Alanka bukan anak kecil yang gampang diperdaya.

" Beneran sum--- ehhh "

Hansen menyalang saat tiba-tiba saja Alanka menangis. Panik ia coba menenangkan namun dua orang yang tidak ia kenal datang begitu saja

Siapa mereka tapi kalau bisa masuk ke mansion itu artinya mereka bukan orang berbahaya dan sudah mendapat ijin

" Ooh my cutie my sweetie my own heart ..... Lohhh manisku eh Alan why are you crying? Tell me "

Aksa mendelik horor, apa-apaan tadi katanya? Manisku? Sungguh Aksa tidak kenal pedofil disampingnya ini. Siapapun selamatkan bocah ini cepat sebelum Alexandre khilaf.

Pletak!

" Awwww bangke ya Lex. Lu dendam apa sih ma gue, heran deh "

" Gapapa. Iseng aja "

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang