✨58✨

455 39 4
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.
.


Kehidupan baru Hansen sebagai anggota keluarga Anggawirya dimulai, ditemani Wiradarma dia juga sudah mengambil barang-barangnya yang tak seberapa dirumah Galih. Karena kamarnya belum siap direnovasi, maka untuk beberapa hari dia akan tidur sementara dikamar Alanka sedangkan sang pemilik kamar sendiri bergantian tidur dikamar Ival atau Rayyan. Kejadian masa kecil membuatnya takut untuk tidur seorang diri ditambah sudah tiga malam terakhir, hujan lebat selalu mengguyur disertai petir yang menyambar.

Sebenarnya bisa saja kamar Alanka dirubah menjadi kamarnya Hansen tetapi si bungsu itu terkadang ingin tidur dikamarnya sendiri.

Wiradarma juga sangat baik kepadanya, tidak ada perbedaan antara anak angkat dan anak kandung. Hansen merasa berhutang budi, lantas ia bertanggung jawab untuk menjadi pengajar Alanka.

Sahabat atau yang kini menjadi adiknya itu belum mau kembali ke sekolah, entah belum ada niatan atau memang tidak mau lagi ditambah lagi sikap protektif kakak-kakaknya terutama Rayyan yang trauma Alanka hilang lagi

Hari ini tepat Minggu ketiga setelah Alanka melakukan sirkumsisi, semua orang  pergi ke rumah sakit katanya untuk menemani Alanka check up. Daripada tidak melakukan apapun, Hansen memutuskan untuk menjelajahi bangunan berlantai lima ini.

" Penyusup! Siapa kau "

Hansen berbalik mendapati seorang pria berambut putih menunjuk kearahnya dengan tatapan nyalang.

" Apa yang kau lakukan dirumah anak dan cucuku, kau pasti mau mencuri sesuatu " tuduhnya, Hansen mengangkat tangan sejajar telinga dan menggeleng.

Tidak lama seorang maid datang karena mendengar keributan, melerai keduanya dan menjelaskan apa yang sudah terjadi

" Jadi Darma mengangkat dia sebagai anak? "

" Benar Tuan besar, Tuan Wiradarma memperkenalkannya saat ulangtahun tuan muda Alanka seminggu lalu "

Kakek Simon menghela nafas dan memijit pangkal hidungnya, Wiradarma belum memberitahunya soal ini, ditatapnya Hansen yang menunduk dalam.

" Buatkan aku kopi, gulanya jangan terlalu banyak. Aku punya diabetes "

Sang maid mengangguk sopan dan segera berlalu meninggalkan Hansen dan Kakek Simon hanya berdua.

" Dimana yang lain? " Tanya Kakek Simon sambil mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. Pria tua itu masih saja melanggar pantangan padahal dokter sudah memperingatinya.

" Ke rumah sakit " cicit Hansen masih dalam keadaan tertunduk, dia tidak kenal siapa pria ini dan Hansen ingin sekali melarikan diri

" Alanka sakit lagi? "

Hansen menggeleng, dia kenal Alanka berarti dia bukan orang berbahaya, kan?! Hansen mencoba meyakinkan dirinya sendiri

" Hei apa lehermu tidak pegal menunduk terus"

Hansen mengangkat wajahnya, Kakek Simon menatapnya intens yang membuat dada Hansen bergemuruh.

" Wajahmu, kenapa familiar "

.......

Alanka senang sekali, ia sudah bisa berlarian bebas tanpa harus menggunakan kursi roda lagi, dia juga sudah diperbolehkan pakai celana. Anak nakal itu lepas dari pengawasan, dia berkeliaran seorang diri terkadang menyenggol dokter atau pengunjung tanpa sengaja.

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang