🎭123🎭

176 30 4
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.

°Typo bertebaran°

Vote dulu biar gak lupa

✯✯

Memacu kendaraannya dengan kecepatan maksimum, persetan pada rambu lalu lintas, Rayyan hanya ingin segera sampai ke Wirya's Medical Center, sesampainya disana tanpa pikir panjang lagi Rayyan menitipkan motornya kepada sekuriti untuk diparkirkan dan berlari memasuk gedung rumah sakit tepatnya menuju IGD

Suasana sudah chaos, disana ia bertemu dengan semua abangnya tanpa terkecuali. Semuanya diam, tatapan mereka sendu bahkan ia melihat jelas mata Devin yang sedikit bengkak dan Ival yang melamun duduk di lantai sambil memeluk lututnya menatap lurus dengan pandangan kosong seakan jiwanya telah melayang entah kemana, lalu ia melihat Bara seperti berdebat dengan salah satu dokter, entah ada apa

" Abang "  Mereka menoleh bersamaan

" Kamu sendiri? Adek mana? " tanya Theo tidak mendapati keberadaan Alanka bersama Rayyan

" Adek? Astaga aku lupa " Rayyan mengusap wajahnya kasar, ya ampun bisa-bisanya dia melupakan si bungsu karena terlalu terburu-buru

" Alan dijaga sama Nando dan Aksa " Rayyan terkejut rupanya Kakek Simon juga ada, nyatanya tanpa disadari ia tadi menyalip mobil yang ditumpangi oleh sang Kakek sampai Leo nyaris kehilangan kendali

" Bagaimana keadaan Papa kalian " Sambungnya, Fajar  menatap sendu pada salah satu pintu ruang tindakan yang sedari tadi tertutup rapat dan lampu berwarna merah diatas pintu yang terus berkedip-kedip menandakan bahwa pasien didalamnya benar-benar dalam keadaan emergency

Ia menggeleng pelan " Kami gak tau kek "

Pria tua dengan topi fedora putih yang senantiasa menghiasi kepalanya itu menghela nafas. Ia sudah suruh Aksa untuk melacak CCTV tepatnya di lokasi dimana kecelakaan itu terjadi

" Papa pasti selamat, iya kan? Papa pasti bisa lewatin ini semua "

" Iya kita sama-sama berdoa " Bara mendekap Rayyan, membiarkan yang lebih muda untuk menangis di bahunya sementara Ival ditenangkan oleh Theo.

Mereka menanti dengan perasaan cemas tak karuan hingga seorang dokter dengan pakaiannya yang terciprat darah muncul dari balik pintu

" Atas nama keluarga Tuan Wiradarma Anggawi--- "

"----Saya Dok, keadaan Papa gimana? " Tanya Ival memotong perkataan sang Dokter, petugas medis itu menghela nafas tanpa senyum sedikitpun membuat perasaan mereka jadi semakin dicampur aduk.

" Papa kalian, kondisinya benar-benar kritis bahkan jika terlambat sedetik saja mungkin nyawanya sudah tidak terselamatkan lagi dan sekarang---- "

Bruk

" Astaga Bang Dev, cepat baringkan dia disini " Devin ambruk, Bara segera menggendongnya dan membaringkan ia diatas bangsal pasien sementara seorang perawat memeriksa keadaannya

" Papa kenapa Dokter? " Desak Rayyan, segala pemikiran buruk mulai berseliweran dan ia harap apa yang ia takutkan tidak akan terjadi

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang