✨78✨

365 50 11
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.

Duduk saling berhadapan dengan canggung yang luar biasa, padahal usia tak lagi muda kenapa malah bertingkah selayaknya remaja hingga Oma Taravina terlebih dahulu buka suara sekedar menyapa

" Apa kabar? "

" A-ah baik " Tergugu meski sudah tua tetap kecantikannya tak pernah pudar.

Pertemuan tak disengaja di lorong buah dan sayur supermarket hingga Mr. Antonio inisiatif mengajak Oma Taravina ke cafe yang letaknya tepat disamping berdalih ingin mengobrol banyak dan saling bertukar kabar padahal sedari tadi sibuk kendalikan jantung yang berdegup kencang.

Apakah ini....

Apakah ini yang dinamakan...

Sakit Jantung?

" Baguslah kalau kamu baik-baik aja, disini sendiri? Istri dan anakmu? "

Mr. Antonio mengusap belakang lehernya

" Um sebenarnya... Sebenarnya Vina, aku .. "

Oma Taravina mengangkat alis, Mr. Antonio semakin tak karuan. Aishhh umur saja tua tapi jiwa bak remaja labil.

" Aku datang sendiri "

" Oooh lain kali aja anak istrimu, apa kamu sudah punya cucu? "

Merutuki kebodohan diri, apa yang dimaksud malah salah dimengerti. Meringis, ditanya cucu padahal menikah saja belum. Huh memangnya ada yang mau dengan bujang lapuk ini, palingan punya niat terselubung

Bilang cinta padahal mau menguasai harta.

" Cucuku tujuh "

JEDER....

" Tujuh? Kamu sudah menikah " Terkejut, sulit dipercaya seketika patah hati

" Yaiya tapi suami dan anakku sudah meninggal " Raut wajah berubah sendu, Mr. Antonio memandang prihatin turut berduka

Berarti masih ada kesempatan kan?

" Cucumu tujuh? "

Oma Taravina bergumam " Laki-laki semua "

Matanya menyipit, Punya tujuh cucu dan laki-laki semua, bukannya si dia juga? Apa jangan-jangan mereka saling mengenal atau hanya sebuah kebetulan saja.

" Eummm--- nama cucumu yang terakhir namanya siapa? "

" Oooh namanya------ "

Belum selesai kalimat, Karin menginterupsi
" Bu Taravina nunggu lama nih, aduh maaf ya soalnya sekalian aja kan belanjanya. Kita pulang? Itu taxi udah nungguin "

Oma Taravina segera bangkit
" Oh iya Anthony, terimakasih lemon tea-nya. Kapan-kapan ngobrol lagi. Aku duluan, Ayo Rin "

Mr. Antonio mengangguk dan melambaikan tangan

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang