✨70✨

460 48 16
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.

Pagi-pagi Ival sudah dibuat bete, bukan karena tadi malam ia bermimpi buruk atau tugas kuliah yang menumpuk tetapi karena eksistensi manusia arang yang dengan santainya mengobrol dengan Theo, yah tidak ada masalah Alexandre dan Theo juga saling kenal mereka sama-sama anggota klub fotografi tapi yang membuat darah Ival mendidih karena adanya Alanka diantara mereka, tangannya terkepal kala Alexandre tanpa segan menepuk kepala sang adik dan lebih mengenalkannya lagi Theo malah diam saja.

" Ngapain sih pagi-pagi kesini " ketus Ival sambil bersedekap menatap sinis pada Alexandre yang cengengesan.

" Emangnya kenapa, ini Alex bawain martabak wortel loh enak. Mau? " Tanya Theo memasukkan martabak itu kedalam mulutnya dan bergumam nikmat. Dia kira selama ini cuma ada martabak telur atau martabak manis, walaupun terdengar asing tapi martabak wortel boleh juga ditanding.

Ival menggeleng,  makanan macam apa itu, martabak wortel? Mana Sudi dia apalagi ini dari Alexandre, rivalnya semenjak kejadian di puncak.

Ah mengingat itu membuat tensi Ival semakin naik, apalagi melihat Alanka yang dengan senang hati membuka mulutnya menerima suapan martabak wortel dari Alexandre.

" Bro haus nih, teh es boleh deh "

" Gak ada minum! Biarin aja tenggorokannya seret " Sambar Ival masih dengan nada ketusnya, astaga Minggu paginya rusak gara-gara hal sepele macam ini.

" Abang gak boleh gitu, Abang Alex kan tamunya Abang Ival. Harus layan baik-baik, kata Oma--- "

Ival menggeram rendah "----Iya iya, tunggu bentar " lantas berbalik menuju dapur.

" Gulanya tiga sendok, tehnya jangan ketuaan, pakai gelas yang ada pegangannya ya Bro. Es batunya jangan kegedean terus---"

"-----bacot sekali lagi gue pecahin ni es batu ke kepala lu! " Gerutu Ival murka yang membuat Alexandre langsung memucat.

Trang!

" minum! "

Bukan hanya Alexandre tetapi juga Theo dan Alanka juga sama terkejutnya ketika Ival menghempaskan nampan begitu saja diatas mereka, untung minuman diatasnya tidak sampai tumpah. Lalu mendudukkan dirinya di sofa tunggal dan membuka iPad merevisi poster promosi untuk mahasiswa yang ingin menjadi anggota baru.

" Jangan mentang-mentang lu ketua terus lu bisa leyeh-leyeh, daripada lu cuma ngerusuhin adek gue mending jemput yang lain. Kasihan mereka nyasar " sebenarnya hanya alibi Ival saja biar Alexandre tidak dekat-dekat dengan Alanka, mungkin perkataan di pinggir danau saat itu terkesan omong kosong tapi bukan berarti ia abai, apalagi ia menangkap ada yang berbeda dari tatapan Alexandre kepada Alanka.

Seperti tertarik?

Atau ini hanya perasaannya saja?

Memikirkan itu malah membuatnya resah.

Lalu kembali fokus pada Ipad-nya, sebenarnya poster itu dibantu gambar oleh Rayyan jadi dia hanya perlu memilih warna yang cocok dan menarik perhatian saja. Untungnya ujian akhir sudah usai jadi Rayyan punya waktu luang untuk membantu Ival menggambar poster promosi untuk organisasinya.

" Aaaaa bagus banget, eh Juminten fotoin gue disitu dong, angle-nya harus pas ya "

" Juminten Juminten, gua Lanang! "

" Yakin nih kita gak salah rumah? "

" Woilah itu kan motornya si Alex "

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang