✨86✨

427 47 22
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.

Alanka terisak hebat dalam dekapan Wiradarma, rupanya yang semalam adalah mimpi buruk yang sangat mengerikan. Wiradarma sendiri sibuk menenangkan sang anak yang masih ketakutan. Ia sudah mengetahui perihal mimpi itu karena Alanka menceritakannya meski terbata dan suara yang kurang jelas karena sambil menangis.

" Udah gapapa, itu cuma mimpi. Buktinya Papa peluk Alan sekarang kan. Tenang, lupain aja ya " Wiradarma mencium pipi si kecil yang terasa asin karena airmatanya. Walaupun Alanka belum mandi tapi tetap selalu harum kok

Alanka hanya diam, tangannya mengepal mencengkeram piyama bagian depan Wiradarma. Berkat usapan  di kepala dan kata penenang, ia merasa sedikit lebih tenang.

" Good Morning Kesayangan---eh Adek kenapa? " Sapa Rayyan dengan ekspresi ceria namun berubah bingung melihat Alanka yang seperti habis menangis dalam dekapan sang Papa.

Wiradarma tersenyum , membalas sapaan 
" morning too Rayyan "

" Adek kenapa Pa? " Tanya Rayyan menatap Wiradarma lalu berjongkok didepan Alanka yang posisinya sedang dipangku berhadapan dengan yang lebih tua

" Mimpi buruk Ray, katanya dalam mimpinya Papa meninggal "

Rayyan terhenyak beralih menatap yang termuda
" Hah? Gimana ceritanya?!"

" Alan.. Alan enggak suka mimpinya, Abang " lirihnya, Rayyan segera mengangguk paham. Berarti mimpi itu buruk sekali sampai Alanka tak sanggup menceritakannya.

Tangannya menggenggam tangan yang lebih muda, sudut bibir terangkat membentuk kurva

" Itu cuma mimpi gak usah terlalu dipikirin, sekarang yang peluk adek siapa? Kan Papa. "

Alanka mengangguk lucu, Wiradarma membaringkan si bungsu dengan hati-hati karena Rayyan akan menggantikan infus, ingin beranjak pergi namun urung karena Alanka melarang dan hampir menangis lagi

" Iya-iya Papa disini, Papa gak kemana-mana kok " Ucapnya duduk di sisi ranjang sebelah kanan sambil menggenggam sebelah tangan yang bebas dari infus.

" perlu pakai oksigen Ray? " Tanya Wiradarma, ia benar-benar bangga dan sangat mendukung keputusan Rayyan untuk menjadi dokter. Bahkan ia siap memberikan Wirya's Medical Center untuk Rayyan nantinya sebagai hadiah.

" Adek ada sesak? " Pertanyaan Rayyan dibalas gelengan pelan, Alanka masih bisa bernafas sendiri tanpa bantuan lagipula memakai oxygen mask membuat pipinya sakit

" Gak usah Pa kecuali urgent banget "

Wiradarma mengangguk paham

Rayyan sudah selesai menggantikan infus, dia juga merekatkan plester demam ke kening sang adik karena suhu tubuh Alanka yang mendadak tinggi, wajahnya pun pucat. inginnya menemani si kesayangan saja kalau begini tapi kewajiban tak bisa diabaikan begitu saja

Apalagi ini tentang masa depannya.

" Abang berangkat kuliah dulu ya, bye Adek. " Rayyan mengecup bibir Alanka sekilas,

" Bye bye Abang, love you " lirih Alanka dengan tangan melambai lemah

Rayyan tersenyum membalas lambaian
" bye bye, Love you too " kemudian meninggalkan kamar si bungsu.

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang