☄️116☄️

194 31 3
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

°Typo bertebaran°

Vote dulu biar gak lupa

Jam sembilan pagi, Devin sudah sampai di rumah Haris karena dari chat Rayyan, si bungsu ada disini dan benar saja ia menemukan adik terakhirnya itu masih terlelap dengan posisi yang absurd di kamar yang biasa ditempati Sheira ketika menginap di rumah sepupunya ini. Anak itu tertidur lelap dengan selimut yang sudah berantakan, posisinya condong ke timur dan baju yang tersingkap memperlihatkan perutnya yang lucu dan ada dot kosong tak jauh darinya. Karena posisi tidurnya yang acak-acakan, Sheira terpaksa mengungsi ke kamar Haris dan sang pemilik kamar akhirnya tidur di sofa. Harap maklum, rumah ini hanya memiliki tiga kamar. Satu kamar untuk Haris, satu kamar orangtuanya, dan satu kamar tamu yang saat ini ditempati oleh Alanka.

Selagi menunggu Alanka bangun, Sheira dan Devin membuat sarapan bersama. Mereka mengobrol banyak hal termasuk Sheira yang bercerita tentang pertengkaran Alanka dan Rayyan tadi malam

Devin menghela nafas, dia sudah tau kalau kedua adiknya sedang tidak akur tapi baru mengetahui dari Sheira penyebab mereka sampai bertengkar. Sekarang Rayyan ada di apartemen yang dahulu ditinggali Ival, katanya sedang menenangkan diri.

" Mereka jarang sih berantem kayak gini " Ujar Devin sambil memotong cabe dan mengaduknya bersama telur
" Rayy juga sering jahilin adiknya, ya paling mentok cuma nangis doang abis itu udah baikan lagi "

" Tapi kali ini bercandanya Rayyan kelewatan Dev, tangan Alan sampai merah dan dia juga bentak Alan maksa pulang, itu yang bikin Alan marah " Tukas Sheira, Devin menghela nafas

" Aku ngerti, dia sama sekali gak maksud kayak gini. Aku lihat sendiri gimana penyesalan Rayy setelahnya tapi Alan udah terlanjur kecewa " Sambungnya sembari menata piring di meja makan

Haris muncul setelah memberi makan para kuda, ia mencuci tangan dan duduk di salah satu kursi

Devin menarik nafas dalam seraya memejamkan mata, akan lebih buruk jika keduanya tidak segera berbaikan. Devin tau sekali  Rayyan itu seperti apa, dia pasti akan uring-uringan, menyalahkan diri dan kemungkinan terburuknya adalah ia bisa saja mengabaikan kesehatannya sendiri, itu yang membuat khawatir.

" Aku bangunin Alan dulu "
.
.
.

Bocah itu masih terlelap kali ini sambil menungging yang membuat bajunya lungsur memperlihat perut yang menjuntai, nafasnya teratur dan tampak tidak terusik sama sekali.

" Alanka, ayo bangun. Sudah pagi " Devin menepuk pantat Alanka yang langsung duduk tapi matanya masih terpejam erat, ia hampir oleng ke belakang jika Devin tidak menahan punggungnya

" Kebiasaan kalau sudah tidur. Adek, bangun. Ini bukan ditempat kita " Sekali lagi Devin memanggil namun Alanka malah berbaring lagi memeluk guling, Devin mendengus sambil berkacak pinggang

" Udah bangun Dev? " Tanya Sheira, dia mengecek karena Devin sudah lima belas menit belum balik ke dapur, dikira ikut tidur bareng adiknya

" Ya emang gini, susah banget dibangunin. Alanka Kenza, ayo bangun Abang punya telur gulung"

" Mana Abang? Mana telur gulungnya "

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang