🍀105 🍀

240 40 4
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.
Typo Bertebaran
.
.

Wiradarma sangat terkejut ketika banyak sekali panggilan wartawan, ia segera membuka laman berita terbaru dan menemukan putranya berada di urutan pertama pencarian.

Bertanya-tanya siapa yang telah membuat berita ini, kini tagar #AlankaSurvive #TangkappelakupelecehanAlanka #SaveAlanka menjadi trending di sosial media. Sebenarnya ini bagus tapi Wiradarma tidak bisa menerimanya, ia ingin berita ini segera dibekukan

" Ayah yang membuat berita itu "

Wiradarma menoleh ke arah Kakek Simon hendak melayangkan protes sebelum sosok ayahnya berbicara lagi " Apa? Kamu mau menghapusnya? Pikirkan baik-baik dengan otakmu yang kadang dangkal itu Darma " Wiradarma terdiam namun perasaannya jadi tak karuan, takut dengan opini masyarakat tentang berita ini.

" Aku sih Yes sama Kakek dan kita lihat kekuatan Netizen untuk nemuin si bangsat " Timpal Theo, Wiradarma memandang putra keempatnya itu tak mengerti " Maksud kamu? "

Theo memutar bola mata malas " Kita liat aja kekuatan Netizen gimana kalau berita ini viral "

Wiradarma menghela nafas pelan, terserahlah, dia hanya berharap kasus ini bisa terungkap dan pelaku cepat ditangkap.

°°°

Bara sedang memainkan ponselnya ketika tak sengaja ia menemukan sebuah rekaman suara di ponselnya. Ia mendengarkan rekaman itu dan baru ingat jika beberapa hari lalu dirinya pernah merekam Alanka yang berbicara tentang kronologi pemerkosaan* itu dan filenya masih tersimpan di ponselnya.

Tiga hari berlalu, Zero dan Phillias kembali datang dengan tujuan yang sama seperti hari kemarin yaitu meminta kesaksian dari Alanka sebagai korban, situasinya pun masih sama namun kini bedanya Rayyan sudah pulang dan kini duduk mendampingi adiknya.

" Om Phillias tanyanya gak usah terlalu nekan banget ya, kasihan adikku " Pinta Rayyan. Polisi berpangkat komandan itu mengangguk, dia pun akan berhati-hati dan yang terpenting mereka bisa mendapat informasi

" Adek jangan takut, Abang genggam tangan Adek biar Adek semangat Oke?! Nanti Abang beliin apapun yang adek mau " Alanka mengangguk, kegelisahannya jadi sedikit berkurang berkat Rayyan

Alanka menelisik sekitar dan tak menemukan Mimi-nya, kemana wanita itu. Sempat kecewa sebelum Sheira datang membawa kotak besar ditangannya, mata si bungsu Anggawirya berbinar cerah ketika Sheira meletakkan kotak besar yang dibungkus kertas kado warna merah muda dan pita putih itu diletakkan

" Mimi itu apa? "

Sheira tersenyum " Hadiah, kalau Alan bisa jawab pertanyaan Bapak Polisi dengan baik "

Matanya berbinar tertarik " Untuk Alan? " Sheira mengangguk

" Isinya apa? "

" Eits rahasia "
Alanka ingin cepat-cepat untuk membuka kado itu

" Om Phillias tanya sekarang aja " Ujarnya tak sabaran, Phillias terkekeh

" Baiklah Baik, Alanka kita mulai ya "
Phillias tersenyum gemas melihat anak didepannya ini, ia menarik nafas panjang berharap kali ini akan berjalan lancar. Zero pun sudah siap untuk mengetik poin penting dan alat perekam juga sudah dinyalakan

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang