☄️120☄️

212 36 4
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.

°Typo bertebaran°

Vote dulu biar gak lupa

✯✯

Rayyan mengerang, dia baru pulang ke Mansion lagi setelah beberapa hari berada di Apartemen. Benar, Apartemen yang dahulu ditempati Ival kini dialihkan pada Rayyan, jadwal kuliahnya mulai padat. Mansion terasa sepi, ia memasuki kamar sang Adik dan membaringkan dirinya diranjang, kamar ini terasa sepi dan barang-barangnya pun tertata rapi.

" Sepi banget, Adek masih dirumah Kakek ya "
Monolognya, niat hati ingin menyusul sang Adik tapi urung karena Rayyan sudah berjanji dia akan fokus pada ujiannya terlebih dahulu

" Kakek kenapa sih gak ngijinin buat ketemu Adek " Rayyan berdecak, ia berguling mengubah posisinya jadi tengkurap. Memeluk boneka Teddy bear seukuran adiknya, boneka yang pernah dibawa saat Alanka berkunjung ke kantor Bara untuk pertama kali.

" Gak sama kayak peluk Adek " ia mendengus dan memejamkan mata.
.
.
.
.
.

Devin memasuki kamar Alanka dan menemukan Rayyan masih terlelap disana, ia mendekat, mengusap pipi Rayyan dengan lembut, walaupun anak ini sudah menjadi mahasiswa dan selalu bersikap selayaknya Abang untuk adik satu-satunya tapi dimata Devin, Rayyan tetaplah seorang anak kecil, bayi kelincinya, si muscle bunny.

" Rayy... "

Rayyan mengerang, badannya melengkung 

" Gak boleh tidur senja, ayo bangun "

Malas-malasan Rayyan bangkit mendudukkan dirinya dengan mata yang sulit terbuka, dia masih sangat mengantuk " Kangen Adek, Bang " ia merengek, benar kan kata Devin terkadang Rayyan masih tanpa sadar menunjukkan sisi anak kecilnya.

" Lusa dijemput, Abang tadi beli pizza, makan bareng yuk sambil netflix "

Rayyan mengangguk, berjalan dibelakang Devin, kebetulan juga perutnya lapar berteriak minta diisi.
.
.

Ia duduk di lantai, sedangkan Devin, Ival, dan Theo duduk di sofa panjang bersama-sama menonton tayangan film roman-komedi sambil menikmati pizza. Ketika ada adegan yang lucu, Theo dan Devin malah adu tawa, berlomba siapa yang tawanya paling keras membuat Ival menutup telinganya sebelum berpotensi ia tuli mendadak sementara Rayyan tak terlalu peduli, dia mau Alanka.

" Udah jam 10, tidur Rayy "

" Nanti... Belum ngantuk "

Devin menghela nafas, senyum jahilnya terbit

Ia langsung duduk di lantai, menarik kepala Rayyan untuk berbaring di pahanya dan menepuk pantatnya persis seperti bagaimana ia biasa menidurkan si bungsu

" Theo pelanin suara filmnya, Ival ganti lampu jadi redup dan turunin suhu AC " perintah si sulung

" Loh emang kenapa Bang? " Tanya Theo sedangkan Ival sudah melaksanakan perintah.

Devin meletakkan telunjuknya diantara dua bibir
" husss diem, ada balita mau bobo "

Theo yang mengerti siapa yang dimaksud pun, ber-oh- panjang, dia menyipitkan matanya, lekas berlari dan kembali dengan boneka serta botol susu ditangannya

" Nih Bang biar balita  cepat bobo "

Rayyan melotot tak terima, apa-apaan!

" Wah makasih, Dedek Rayyan, buka mulutnya Ayo "
Ucap Devin sambil mengarahkan silikon dot ke mulut Rayyan

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang