✨73✨

416 51 27
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.

Ia membuang nafas coba mengusir kecanggungan ini atau hanya dirinya saja yang merasa begitu karena disana Rayyan tampak biasa saja bermain gitar dan bernyanyi bersama teman-teman yang lain.

Naura tersenyum getir, setidaknya ia sudah mengungkapkan apa yang selama ini ia pendam. Setidaknya Rayyan tau bahwa dia mencintainya meskipun pada ujungnya ia tetap ditolak juga seperti yang sudah-sudah

Lagipula sejarah darimana cewek nembak duluan.

" Liat deh, idaman banget ya. Emang Rayyan tuh paket komplit pake banget " sanjung Agatha meremas-remas tangan Naura sebagai pelampiasan.

Benar, memangnya cewek mana yang tidak suka dengan Rayyan? Sudah ganteng, multitalent pula. Tapi sayang tidak bisa dimiliki.

"..... Ngomong penting? "

Naura mengangguk kecil, jari-jari lentiknya bertaut gelisah. Pipinya memerah malu, suasana yang sepi pasti bisa membuat Rayyan mendengar detak jantungnya yang bergemuruh. Lidahnya kelu seakan tak mengijinkannya untuk berbicara.

" Gak jadi ya, kalau gitu gue balik duluan " 

" GUE SUKA SAMA LU RAY, GUE CINTA SAMA LU, GUE SAYANG SAMA LU. LU....LU MAU GAK JADI PA...CAR GUE " Naura berseru dalam satu tarikan nafas, ia memejamkan matanya erat. Rasanya ingin sekali segera berlari dari sini tetapi kakinya seakan tertancap dipasir sehingga ia sulit untuk bergerak.

Langkah Rayyan terhenti, ia berbalik dan tersenyum. Naura terpaku, senyuman itu apakah sebuah pertanda baik?

Ia menutup wajahnya dengan telapak tangan, tunggu dulu dia belum siap dengan jawabannya

Rayyan tau Naura itu cantik, dia termasuk cewek populer, siapapun bisa jatuh cinta dengannya bahkan seorang guru yang notabenenya sudah menikah pun pernah menyatakan cinta padanya. Tetapi, Rayyan sama sekali tidak tau kalau Naura menyukai dirinya dan ...

" Kenapa harus gue Nau? Masih banyak yang lebih pantas dibanding gue  "

Naura menurunkan tangannya, sepasang mata saling bertemu. Untungnya tempat ini jauh dari perkemahan jadi tak perlu ada yang menyaksikan, kalaupun ada pasti orang itu sengaja menguping mereka.

" Karena karena karena... " Naura tidak bisa mengatakannya, dia terlampau tak tau apa alasannya. Dia hanya sekedar mencintai Rayyan.

Mata gadis itu membulat ketika Rayyan mengusap rambutnya

" Lu temen gue Nau, gue gak mau pertemanan kita hancur cuma masalah cinta "

Ia mendongak, maksudnya dia ditolak begitu?

Ini memalukan

" Yuk balik, nanti yang lain pada nyariin lagi "
Rayyan berjalan lebih dulu meninggalkan Naura yang masih terdiam ditempatnya. Airmatanya luruh, hatinya sakit meskipun ia sudah mempersiapkan diri untuk jawaban ini tapi tetap saja rasanya perih sekali seakan ditikam sembilu.

Tangannya terkepal, menghapus airmatanya. Ia tak boleh terpuruk, setidaknya mereka masih bisa berteman. Mungkin Rayyan benar, pertemanan lebih penting daripada sebuah percintaan.

" Duarr, ngelamun aja kerjaannya. Kesambet baru tau rasa, kesana yuk ngumpul " Ajak Agatha, Naura menggeleng

" Ayolah, Ayo.. " walau akhirnya ia pasrah juga ditarik-tarik oleh Agatha.

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang