✨85✨

390 48 37
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.

Alanka total cemberut, melotot pada wanita-wanita yang menempeli Rayyan berdalih minta diajari cara gym yang baik dan benar dan lebih kesal lagi melihat Rayyan dengan senang hati meladeninya seolah melupakan entitas sang adik yang duduk diam sambil memeluk botol minum besar miliknya

Dalam hati bermisuh, memandang penuh permusuhan pada interaksi yang tampak dimatanya. Sedikit menyesali tindakannya yang sampai berguling-guling memaksa ikut Rayyan padahal yang lebih dewasa sudah melarang.

Rayyan memang seperti itu, dia akan lupa segalanya jika sudah berhadapan dengan yang namanya gym tapi bukan berarti ia mengabaikan adik kesayangannya begitu saja, sesekali ia melihat kearah Alanka duduk dan setelah memastikan sang adik baik-baik saja ia pun melanjutkan aktivitasnya.

" Hei, mau coba yang ini? Ringan kok cuma 2,5 kg " Alanka meringis ketika seseorang mendekatinya dan menyodorkan barbel kecil yang katanya ringan itu. Orang tersebut terhenyak dan berdehem canggung setelah melihat wajah polos menggemaskan yang mendongak padanya

" A-ah maafkan aku. Anak kecil tidak seharusnya ada disini "

Cemberut diwajah Alanka semakin tampak, tapi hal itu bukan malah membuat gentar justru membuat pria kekar itu menggigit bibir saking gemasnya. Hei, siapa yang membawa anak kecil ke tempat berbahaya seperti ini, bagaimana kalau dia tertimpa oleh salah satu besi?

" Alan disini sama Abang. Itu abangnya Alan "

Si pria mengikuti telunjuk mungil itu mengarah, ia mengangguk-anggukkan kepalanya setelah mengetahui siapa yang dimaksud. Tentu saja dia kenal Rayyan, bisa dibilang mereka adalah partner berlatih. Dia yang sudah mengajari pemuda itu seluk beluk gym.

" Rayyan? " Tanyanya memastikan

" Iya! Tapi Alan lagi marah sama Abang! " jawab si mungil menggebu, pria yang duduk disampingnya terkekeh ringan. Tampak sekali perbedaan antara keduanya, seperti beruang dan seekor kucing kecil.

" Kenapa marah? " Tidak bermaksud ikut campur tapi dia senang saja mendengar cara bicara anak disampingnya ini, terlalu mengemaskan apalagi setiap menggerutu bibirnya selalu dimajukan.

" Lihat aja sendiri, Abang lupa sama Alan. ikh kenapa sih kakak-kakak itu nyebelin banget. "

" Biasanya memang begitu " Jawaban dari pria besar disampingnya sukses membuat makhluk mungil berkulit seputih salju itu melotot garang.

Biasa maksudnya?

" Tapi ini lebih sedikit daripada biasanya, mungkin karena bukan weekend "

Alanka total murka, itu artinya yang dia lihat hari ini hanya sebagian kecil saja. Pantas saja setiap dari gym setiap akhir pekan Rayyan selalu pulang dengan wajah penuh semangat

Oh ternyata gara-gara itu.

Tidak bisa dibiarkan, terserah orang mau memandangnya apa tapi yang pasti dirinya sudah tidak tahan lagi.

" Abang~ " Rengekan Alanka mengalihkan perhatian Rayyan, pemuda tampan itu terhenyak ketika sang adik memeluknya tiba-tiba. Pandangannya beralih pada Romi yang berjalan kearah mereka

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang