✨82✨

582 52 32
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.


Rasanya mereka tak bisa berhenti tersenyum mendengarkan bocah menggemaskan itu berceloteh panjang lebar dan mereka tidak akan bosan bila harus mendengarnya berhari-hari. Apapun yang Alanka lakukan bahkan jika anak itu tertidur saja  tetap menggemaskan.

Mereka duduk di sisi kiri dan kanan dengan Alanka berada di tengah, di kerubungi oleh maid-maid cantik nan muda mungkin sepantaran dengan Abang-abangnya di taman rumah mewah Kakek Simon. Tempat ini memang menjadi spot favorit Alanka, tidak perlu susah mencari anak itu sudah pasti kalau bukan dikamarnya dia pasti bermain disini.

" Adek, disini ternyata. Ayo " Theo muncul, pemuda itu segera menggendong Alanka tapi sebelum itu ia pasangkan bucket hat di kepala Alanka dan memasangkan masker juga

" Pulangnya gak bisa besok aja ya Abang? "
Tanya Alanka sendu, ia melirik maid-maid tadi yang menatapnya sedih, mereka baru bertemu tapi kenapa harus berpisah secepat ini

Theo tersenyum tipis, tetapi ada alasan mengapa mereka harus pulang hari ini juga dan Alanka tidak perlu mengetahuinya

" Kan sudah pesan tiket, gak boleh ditunda "

Padahal kenyataannya, mereka tidak perlu tiket karena Kakek Simon dengan segala kuasanya sudah menyewa satu pesawat beserta awaknya untuk mengantar mereka pulang, ia melakukan ini demi kenyamanan cucu kesayangannya juga.

" Nanti kan bisa kesini lagi kapan-kapan"

" Benar, kita bisa bertemu lagi suatu hari atau mungkin kami yang akan mengunjungi Alanka" Ucap salah seorang maid ikut menghibur walau sebenarnya dia juga merasa berat jika harus berpisah dengan Alanka

Itu artinya semua akan kembali ke settingan awal, pekerjaan yang membosankan dan mansion akan terasa dingin dan sepi.

Alanka terisak, berbincang dan bermain dengan maid itu seperti memiliki kakak perempuan, mereka menyenangkan dan juga baik.

.

Sepanjang perjalanan menuju bandara, Alan hanya diam bahkan sippy cup cuma dihisap main-main. Matanya berkaca-kaca menatap ke luar jendela menyaksikan gedung-gedung pencakar langit yang berdiri kokoh di sisi jalan.

Disampingnya ada Bara yang sibuk dengan email laporan, meski sedang berada di luar negeri tak pernah sekalipun barang sejenak ia melupakan soal pekerjaannya, memanfaatkan teknologi yang sudah semakin maju ini ia bisa memimpin rapat terkait peluncuran laptop keluaran terbaru dari Wirya Electrolux Corporation secara online dan memeriksa laporan dari setiap divisi melalui email seperti yang ia lakukan sekarang.

Sementara di kursi depan samping pengemudi ada Rayyan yang tertidur lelap, tadi malam dia begadang sambil main game.

DUK!

Alanka merintih memegangi keningnya yang terantuk akibat sang supir yang mengerem mendadak, karena itu juga sippy Cup-nya jadi jatuh dan susunya tumpah.

" maaf tuan muda, tapi truk didepan putar arah tiba-tiba"

Bara berdecak, ia menatap datar Rayyan yang tidak terbangun sama sekali saking lelapnya

" Abang, kepala Alan pusing. Alan mau baring aja "

Tanpa berbicara apapun, Bara mengangguk sambil menepuk sebelah pahanya. Alanka menyamankan posisi dan mulai memejamkan mata guna meredam pusing yang mendera.

" Tolong berhati-hati"

Lalu mereka melanjutkan perjalanan tetapi baru beberapa ratus meter saja mereka harus terjebak macet. Yohannes, sang supir memutuskan turun untuk mengecek keadaan

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang