✨83✨

434 28 41
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.

Perhatian!

Voment

( Tulisan bercetak miring adalah Bahasa Asing)
.
.

Bandara disesaki oleh para wartawan, mereka berebut untuk meliput secara langsung kepulangan Anggawirya's Family.  Melihat banyaknya orang, Alanka yang sengaja ditidurkan digendong oleh Rayyan, mereka akan memilih jalan lain dikawal oleh Bodyguard sementara Wiradarma dan yang lain akan keluar untuk menemui para wartawan itu.

Alanka menggeliat, matanya terbuka pelan . Keduanya sudah ada di mobil yang memang sudah menunggu untuk menjemput mereka.

" Papa.. " Rengeknya, Rayyan cekatan untuk menyumpal mulut Alanka dengan sippy cup, dan menepuk perutnya.

" Papa mana? "

" Sssttt " Rayyan meletakkan telunjuk didepan bibir ranum Alanka, isyarat agar sang adik diam namun Alanka malah semakin merengek.

" Mau Papa! Abang... mau Papa.. papa mana, papa... "

Rayyan membekap mulut si bungsu, bukan bermaksud jahat tapi hanya takut para wartawan itu mengetahui keberadaan Alanka.

" Ini Mr. kuma "

Alanka melempar boneka itu. Tubuh mungilnya menggeliat tak beraturan Sampai-sampai Rayyan kewalahan.

Untung mereka di dalam mobil jadi boneka kesayangan Alanka itu tidak terlempar jauh

"... Papa.. Mau papa " Alanka terisak, Rayyan sudah mengirim pesan di grup chat keluarga tapi Theo bilang, Papa masih di wawancara.

" Abang, Alan jelek ya?. " Kening Rayyan berkerut heran.

" Kata siapa Alan Jelek? "

" Alan "

Rayyan mendengus geli. Adiknya ini memang ada-ada saja.

" Nggak, Adek cantik kok "

Alanka mengangguk lucu, bibirnya dimajukan

" Cantik kayak Mama "

Rayyan tersenyum meski entah kenapa dia merasa ingin menitikkan airmata

" Mama cantik ya Abang? "

" Cantik.. Cantik banget " Meski ingatan Rayyan tentang Windu tidak terlalu banyak tapi ia masih mengingat jelas bagaimana paras dari wanita yang sudah melahirkan ia dan saudara-saudaranya.
.
.
Alanka terlelap di pangkuan Wiradarma, tangan mungilnya masih menggenggam erat telunjuk yang lebih tua. Demi sang adik agar tidak menangis, Rayyan rela pindah ke kursi samping pengemudi, sementara di tengah ada Wiradarma dan Alanka yang berbaring menyamping berbantalkan paha kokoh sang Papa.

" Tadi rewel Bang? "

Rayyan menengok ke belakang, tersenyum melihat betapa menggemaskannya sang adik, membuatnya tidak tahan untuk sekedar mencolek pipinya yang gembul.

" Iya Pa, kebangun dan cari-cari Papa untung udah didalam mobil "

Wiradarma menghela nafas lega

" Gak ada siapapun yang tau keberadaan kalian kan, terutama Alan? "

Rayyan menggeleng, untung saja tadi semua fokus tertuju pada Wiradarma yang rela membagi sedikit informasi.

Semenjak kejadian penculikan itu, mereka sepakat untuk menyembunyikan Alanka, karena mereka khawatir kejadian buruk sewaktu-waktu bisa menimpa bungsu kesayangan mereka.

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang