✨74✨

418 49 17
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.

Bagi Bara lebih baik duduk berhadapan dengan berkas-berkas atau memimpin rapat daripada harus menghadapi bocah kebanyakan tingkah ini, pemuda itu menghela nafas lelah rasanya mulutnya ini sudah kering menegur Alanka agar berbaring diam saja. Anak itu memang tidak memakai infus, itu sebabnya dia bisa berlari, melompat kesana kemari menghindari Bara yang hendak menangkapnya

" Ahahahahahaha " dan sekali lagi dia lolos, Bara melipat tangan didepan dada. Baiklah jika itu maunya maka Bara akan menyerah

" Oke oke Abang kalah " ia mengangkat tangannya dan berjalan menjauh, Alanka yang bersembunyi di bawah kolong kursi tunggu.

Ia merangkak keluar

" Kena kau! "

" Aaaa Abang!!! " Bara tersenyum devil, ia berhasil meraih kaki si bocah. Alanka meronta memukuli  Bara yang menggendongnya seperti karung beras membawanya masuk kembali kedalam ruang rawat.

Selagi Bara menyiapkan sereal, sesekali ia melirik waspada pada Alanka yang sedang menonton video dari Ipad-nya.

" Ini makan " ia meletakkan semangkuk sereal,  maaf saja Bara tidak pandai memakai kompor jadi daripada membiarkan si bungsu kelaparan lebih baik diberikan sereal.

" Eummm--- Ish Abang, Alan belum selesai tonton " ia melayangkan protes ketika Bara merebut Ipad-nya.

" Makan! " Ucap Bara penuh penekanan, Alanka segera menyuap sesendok besar kedalam mulutnya.

Bara mendesah pelan melihat laman pencarian dan sekarang beranda YouTube-nya penuh dengan kartun dan tontonan anak-anak. Terbelalak melihat ada 150 video dalam proses download, astaga Ya tuhan anak ini benar-benar.

" Kepalanya masih sakit? "

Alanka menggeleng, mulutnya penuh oleh sereal. Meskipun hanya sereal tapi ia senang Bara yang membuatkannya, itu artinya abangnya masih sayang tapi dengan cara yang berbeda.

" Ambil ini dan mainkan sepuasmu, Abang mau ke... "

" Abang mau kemana? Abang udah janji buat jaga Alan! Abang jangan ingkar nanti Papa marah, Abang Ray marah juga " cemberut tercetak jelas diwajahnya, alisnya menukik tajam menatap Bara penuh larangan

" Jadi Abang harus tetap disini? Baiklah " ia menganggukkan kepalanya, memegang celana dari kedua sisi pinggang dan berpura-pura menurunkannya sebelum Alanka berteriak histeris sambil menutupi muka.

" Aaaahhh Abang mau ngapain? "

" Ya mau buang air, katanya Abang harus tetap disini, ya sudah "

Alanka tercengang, oh benarkah yang didepannya ini kemarin yang berbicara di televisi.

" Sana toilet, Abang jorok ikh "

Bara terkekeh menyempatkan mengusak rambut yang termuda sebelum menghilang dibalik pintu toilet.

Di ruang rawat yang luasnya dua kali lebih luas dari kamar VVIP ini hanya ada dirinya dan Bara, Alanka tidak tau apa yang membuat Abang super sibuknya itu mau menjaganya disini tapi apapun sebabnya, Alanka sangat senang.

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang