🎭122🎭

231 26 6
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.

°Typo bertebaran°

Vote dulu biar gak lupa

✯✯


-Revisi alur-

.

Karena terus-terusan didesak, Kakek Simon akhirnya buka suara menjelaskan kronologi valid yang membuktikan jika Dominik murni bersalah, Rayyan yang tersulut emosi hendak mendobrak pintu ruangan dimana Dominik disekap yang malah berakhir bahunya linu. Rayyan seperti tertipu oleh keadaan, Dominik yang tampaknya sangat baik rupanya seorang rubah licik yang menyamar.

" Kenapa Kakek gak kasih tau aku soal penting kayak gini. Kenapa harus diam-diaman coba dan kenapa Alanka ditahan disini sampai kami gak boleh jemput, jadi ini alasannya? " Rayyan terdiam sejenak lalu matanya membelalak tiba-tiba" Jangan-jangan... jangan-jangan Alan sudah tau "

Kakek Simon mengulas senyum, sikapnya yang tenang justru membuat Rayyan jadi lebih waspada. Pria tua dihadapannya yang merupakan Ayah dari Papanya alias kakeknya ini memang bukan orang sembarangan, pemilik pabrik senjata terbesar di benua Amerika.

" Terus Buditomo kemarin ada hubungannya juga gak, jangan bilang Kakek salah target "

" Ingat aturan ini, aturan pertama Kakek tidak pernah salah, aturan kedua apabila Kakek salah maka kembali ke peraturan pertama. Buditomo memang pelaku yang melecehkan adikmu sedangkan Dominik adalah otaknya "

Rayyan menghela nafas lelah " Kasian banget Adek, temennya gak ada yang bener " lirihnya iba, namun sejurus kemudian dari matanya tersirat sebuah dendam, menatap pintu yang senantiasa selalu tertutup, sebuah kamar dimana Dominik disekap meski tak diijinkan keluar tapi didalam sana sudah disediakan stok makanan, televisi besar untuk menonton dan bermain game, anggap saja Dominik sedang menikmati hari-hari terakhirnya.

Tapi hanya satu pertanyaan yang masih menjadi misteri, kenapa Dominik sampai hati melakukan ini pada Alanka padahal mereka sangat berteman baik, jika Aldi dan Galih sama lantas teman mana lagi yang harus Alanka percaya,

Pikiran Rayyan buyar ketika bahunya ditepuk tiba-tiba, membalikkan badan dan mendapati seonggok makhluk mungil, seputih salju, berpipi bakpao kemerahan, dan rambut acak-acakan menatapnya dengan mata sembab.

" Astaga, Adek kenapa menangis? "

Alanka menggeleng sambil mengusap matanya berusaha menghilangkan jejak yang tersisa meski percuma karena Rayyan sudah melihatnya, Aksa akan membelikannya boneka dino kuning dengan syarat Alanka tidak boleh menangis dan sekarang ia malah melanggar perjanjian yang telah disepakati bersama

" Adek kenapa heum? " Rayyan berlutut, kepalanya kini sejajar dengan perut si bungsu. Alanka mengalihkan pandang, berharap Aksa tidak ada disini. dan Dino kuning jadi dibelikan. Sebenarnya tidak apa-apa juga kalau tidak jadi dibelikan, Alanka bisa beli dengan uang sendiri atau minta dibelikan yang lain tapi dia mau boneka dino kuning itu pemberian dari Aksa biar lebih spesial.

" Kok diam, Abang tanya kenapa Adek nangis "

" Alan kira Abang sudah pulang soalnya pipisnya lama banget " cicitnya, dia tidak bohong kok. Alanka menangis karena memang mengira Rayyan sudah pergi dan tidak jadi menjemputnya

Rayyan mendengus geli lalu bangkit sambil menggendong Alanka, astaga sejak kapan adiknya seberat ini

" Dek, Adek makannya banyak ya " Tanya Rayyan, entah karena kekuatan ototnya yang melemah atau karena berat badan adiknya yang bertambah tapi yang jelas tangannya tak mampu menopang tubuh Alanka dengan satu tangan lagi.

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang