✨67✨

446 48 10
                                    


Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.

Hari terakhir persiapan Kompetisi Antar Sekolah tentu harus dilakukan sungguh-sungguh, bukan hanya Osis tetapi juga para guru dan siswa-siswi sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi hari H, Jadwal belajar mengajar pun sengaja ditiadakan.

Tiga paket makanan masing-masing 60 kotak baru saja diantarkan, Galih dan Aldi sontak berlari ketika mengetahui paket makanan itu diantar oleh siapa

" Alanka, kangen banget gue.. Kok lu makin mini aja sih " Aldi memeluk sahabat mungilnya , tertawa melihat bagaimana pipi berlemak bayi itu sudah bagaikan udang rebus.

" Sama siapa kesini? " Tanya Galih, pandangannya beralih kala Alanka menunjuk seorang pria yang tengah mengangkat telepon

" Abang Devin, katanya mau anterin makanan kesini terus Alan ikut deh " matanya mengedar memperhatikan orang-orang sibuk berlalu-lalang " Sibuk banget ya pasti capek "

Galih tersenyum tipis tangannya terangkat menepuk kepala yang lebih muda

Devin sudah selesai dengan teleponnya, ia lalu menghampiri Alanka dan mengajaknya pulang tentu saja mendengar hal itu Alanka menolak

" Tapi Abang harus ke resto lagi Alan, ayo Abang antar pulang "

Bibirnya mencebik tak senang, diliriknya Galih yang hanya tersenyum padanya

" Bosan, sepi. Gak mau pulang "

" Bang Devin pulang aja biar Alanka disini bareng kami " Sahut Aldi yang disambut anggukan antusias oleh Alanka

" Ya boleh ya, abang~ " Alanka merengek seperti anak kecil yang meminta permen dari ayahnya. Akhirnya dengan segala pertimbangan ia menyetujui

" Yakin gak ngerepotin kan? " Tanya Devin yang dibalas acungan jempol oleh Galih

" Nih buat beli Susu sama Biskuit, jangan jajan yang aneh-aneh " Ujarnya sembari memasukkan selembar uang berwarna biru ke saku kemeja flanel yang digunakan Alanka.

" Telur gulung boleh? "

Devin menghela nafas dan mengangguk kecil, Adiknya ini memang suka sekali dengan jajanan satu itu bahkan ia bisa menghabiskan dua puluh tusuk telur gulung seorang diri.

" Abang jalan ya, Galih Aldi titip Alan, langsung calling kalau ada apa-apa "

" Siap! " Seru Aldi memberi hormat selayaknya prajurit pada sang komandan.

Aldi dengan senang hati menggandeng tangan Alanka dengan Galih yang mengekori.
.
.
.

Anak itu menangis sesenggukan merasakan sakit disekujur tubuhnya karena dicubit juga rambutnya yang dijambak hingga rontok beberapa helai, beruntung Galih berhasil membawanya kabur dan Aldi merutuki kebodohannya telah memperkenalkan makhluk lucu ini pada mereka.

Tangisnya memang sudah berhenti tapi jejak airmata masih tertinggal disana, Galih memandang prihatin lengan atas Alanka ada bekas kuku disana, entah siapa yang sudah mencubitnya sekuat itu hingga Alanka meraung

" Adek~ " Dari kejauhan suara Rayyan terdengar.

Galih yang menghubunginya sepuluh menit lalu tapi dia tak bisa langsung menghampiri sang adik karena ada pengarahan dari kepala sekolah untuk pelaksanaan ujian akhir yang akan dilaksanakan bulan depan. Begitu bubar, ia langsung berlari kemari.

" Abang hiks " Tangannya mengalung dileher yang lebih tua, segera Rayyan angkat tubuh mungil itu dalam gendongan koalanya. Pandangannya teralih pada Galih dan Aldi

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang