🎭126 🎭

184 33 4
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

°Typo bertebaran°

Vote dulu biar gak lupa

✯✯

(Huruf miring garis bawah adalah Bahasa Asing)


Aksa protes ketika Kakek Simon menoyor kepalanya, pria tua itu mendesis sambil memijit pelipisnya pelan. Untung saja ia berhasil bernegosiasi dengan polisi, mereka membebaskan Aksa dan Kakek Simon akan memberikan senjata-senjata baru  sekaligus memberikan informasi tentang orang-orang yang harus diringkus walau sebenarnya ia sempat dicurigai namun Kakek Simon, Aksa, dan James yang juga ikut ke kantor polisi berhasil membuat mereka percaya

" Gimana rasanya semalam tidur dalam sel, betah? " sindir Kakek Simon, pria itu memerhatikan tablet ditangannya, memantau Wiradarma dari sini

" Pertanyaan gila " Tidak sopan tapi itulah Aksa jadi Kakek Simon tak lagi heran dengan sikapnya yang memang kurang ajar, mungkin jika ia tak menemukan Aksa waktu itu dan merekrutnya sebagai bagian inti dari kelompok rahasia yang ia bentuk

Berawal dari kegeraman karena adanya kasus-kasus yang tak bisa diselesaikan oleh pihak berwajib dan dilupakan begitu saja karena tertutup oleh kasus baru bahkan hukuman yang sangat tidak setimpal.

" Tuan, apakah anda ingin menuju Mansion Anggawirya terlebih dahulu? " Tanya James yang kini menyetir dan melirik dari spion tengah

" Jangan, kita punya urusan yang lebih penting " James mengangguk paham

....

Bara baru saja tiba di Jhon F. Kennedy airport dan ia disambut oleh seseorang yang merupakan suruhan sang Kakek, ia segera masuk ke dalam mobil yang akan membawanya ke kediaman Kakek Simon namun Bara meminta untuk ia diantarkan ke rumah sakit saja, Mike langsung mematuhi dan mengubah arah

Dengan wibawanya Bara berjalan menuju ruang dimana Wiradarma sedang dirawat, berjuang antara hidup dan mati. Setelah mendapatkan ijin dari dokter yang bersangkutan dan harus steril ia melangkah masuk mendekati bangsal dimana Wiradarma terlelap dengan berbagai alat medis yang menopang untuknya tetap bertahan hidup

Bara mengepalkan tangan, hingga sekarang ia belum tau siapa yang sudah melakukan ini pada Papanya, orang yang sangat berharga dalam hidupnya

" Jangan tidur terlalu lama Pa " Bara menatap pergerakan jarum jam yang melingkar di pergelangannya, ia hanya diberi waktu lima belas menit, dirinya melangkah keluar tak menyadari ada air bening yang mengalir dari sudut mata Wiradarma yang masih terpejam

Bara menghela nafas panjang, memotret Wiradarma dan mengirimkan foto itu ke dalam grup yang disana tidak ada Alanka, bukan jahat atau bagaimana tapi Alanka tidak boleh tau kabar ini sebelum waktunya

...

Mereka saling melempar tatapan sendu, Ival yang murung dan Rayyan yang menendang tembok walau berujung dirinya menggerutu sambil merintih karena kakinya sakit, melihat foto yang dikirimkan Bara cukup menjelaskan kalau keadaan Wiradarma disana jauh dari kata baik

" Itu Theo sama Adek kan? " Tanya Rayyan memastikan suara deru mobil yang ia kenal adalah mobil milik Theo

" Panggil dia Abang Rayy, iya itu mereka " Jawab Fajar, tak lama pintu utama terbuka menampilkan dua kakak beradik dengan senyum sumringah menghiasi wajah keduanya.

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang