✨69✨

385 46 3
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

Keadaan Alanka sudah membaik daripada sebelumnya, hanya lemas saja setelah mengeluarkan isi perutnya membuat Devin harus bolak-balik membuang dan mengganti diaper si bungsu sampai lima kali.

Meski begitu, Alanka tidak akan jera dengan yang namanya jeruk. Tapi dia belajar untuk tidak serakah lagi.

" Nanti boleh boleh makan jeruk? " Tanyanya menelengkan kepala menatap Rayyan yang sedang membaca buku, sedang belajar sambil menemani Alanka karena anak itu yang meminta katanya bosan sendirian.

" Iya satu hari satu jeruk " Jawab Rayyan sedikitpun tak mengalihkan matanya dari bacaan, ia harus fokus karena besok dia sudah berhadapan dengan soal-soal yang akan menentukan masa depannya.

" Eum? Dua ya " meski tidak melihatnya secara langsung tapi Rayyan tau jika sang adik pasti tengah menunjukkan binar polosnya dan bibir yang mengerucut, ekspresi alami apabila menginginkan sesuatu

Menghela nafas

" Oke Dua---

" Yeaay "

-----dalam seminggu sekali "

Membuat pundak kecil itu merosot jatuh dan senyumnya memudar. Membuang muka sambil bersedekap dada, marah ceritanya.

" Abang " Alanka memanggil manja, memerhatikan punggung tangan yang masih terpasang infus lalu mengikuti jalur selang yang tersambung dengan botol infus yang masih tersisa setengah

Kira-kira berapa lama lagi cairan di infus itu akan habis?

Alanka sudah tidak sabar, kalau bisa dia mau meminumnya saja biar Rayyan cepat-cepat lepas, serius tangannya sudah kebas sekali.

" Kenapa? " Tanya Rayyan sambil menutup buku dan meletakkannya di atas nakas, sudah cukup membacanya untuk hari ini. Beralih naik keatas ranjang dan mengajak adiknya untuk berbaring dan memeluknya menyamping.

" Abang Hansen yang sekarang sama Hansen yang dulu masih temennya Alan beda " Anak itu menyuarakan pendapatnya tentang perubahan sikap sahabat yang kini menjadi saudaranya itu, terlihat sekali perbedaannya.

" Heum? Memangnya Hansen yang dulu sama sekarang gimana? "

" Pokoknya sekarang sudah gak mau main sama Alan lagi, Alan sakit aja dia gak tau. Ugh! Kesal, mau Hans jadi temen aja gak mau jadi Abang " Pipinya menggembung dengan alis menukik tajam. Tidak tau saja jika yang dibicarakan sedang terbatuk-batuk dikamarnya.

Rayyan mengecup pipi gembil itu dan memeluknya posesif namun tetap menjaga agar si kecil tidak tergencet. Iya, dia juga menyadari perubahan sikap Hansen yang drastis. Hansen lebih senang berdiskusi dengan Bara begitupun Bara yang tampak enjoy karena menemukan teman mengobrol yang pas. Itu juga yang membuat Alanka kesal, Hansen kan sahabatnya kenapa malah diambil oleh abangnya sendiri.

" Kan ada Abang disini yang selalu temani Adek 24 jam " Hiburnya menekuk pipi Alanka hingga bibirnya jadi maju dan mencuri satu kecupan di belah ranumnya, selalu manis.

" hehe Iya " menangkup rahang Rayyan dengan kedua tangan lalu menempelkan labium mereka membuat Rayyan tersentak seketika

Oow sudah berani membalas rupanya.

Astaga, ajaran siapa sih?

---------

Acara Fashion show itu sukses digelar dan kini kedua kakak beradik itu tengah menikmati waktu mereka dengan berbelanja oleh-oleh sebelum pulang.

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang