🎭121🎭

242 37 3
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.

°Typo bertebaran°

Vote dulu biar gak lupa

✯✯

Entah Dominik sebagai temannya atau Kakek Simon sebagai keluarga yang harus ia percaya, Alanka bingung untuk berpihak kepada siapa. Soal pelecehan itu, Alanka justru tak mau memikirkannya lagi tapi kenapa dirinya seolah dipaksa untuk mengingat kembali, sejak kemarin Alanka mengurung diri dan tak mau berbicara dengan siapapun, dia terlalu muak sudah dibohongi.

Aksa masuk kekamar yang ditempati Alanka, meski dia tau bocah itu tak akan berbicara atau sekedar menatapnya. Tapi si kakek tua cerewet itu menyuruhnya untuk mengecek keadaan cucu kesayangannya dan memastikan dia baik-baik saja sementara dirinya yang akan mengurus si bajingan Dominik,

" Alan mau pulang " Aksa mengangkat alisnya, Alanka menoleh ke belakang, posisinya yang memunggungi pintu membuat Aksa tak bisa melihat wajah anak itu yang sebenarnya sedang menangis, melihat bagaimana wajah bayi itu basah oleh airmata, Aksa merasa tidak nyaman, tangannya terkepal.

" Alan bilang Alan mau pulang " Ucapnya sekali lagi sambil menghapus airmata dengan gerakan kasar

Aksa masih diam, seharusnya Alanka sudah dijemput kurang lebih satu kali Minggu lalu tapi entah bagaimana Kakek Simon membuat alasan, Alanka tetap ditahan disini.

" Gue beliin boneka dino, lu bilang kemarin lu mau itu kan dino kuning "

Seperti hipnosis, Alanka berhenti merengek, menatap Aksa dengan mata basahnya yang berbinar polos menelisik kebohongan dimata Aksa

" Benar ya? Dino kuning " Ujarnya masih sesenggukan

Aksa mengangguk pelan, dasar bocil gampang sekali dibujuk.

" Iya, kalau ada yang paling besar gue beliin dah biar puas " Faktanya mereka hanya berbeda setahun tapi Aksa merasa dirinya sudah seperti seorang ayah yang sedang membujuk bayinya.

Padahal kalau diingat-ingat lagi, saat masih kecil mereka sangat tidak akrab tapi untungnya Alanka bukan anak yang pendendam dan cenderung mudah melupakan masalah yang pernah terjadi, Aksa pun sudah berjanji sebagai bentuk terimakasih pada Kakek Simon yang telah membantunya selama ini untuk selalu menjaga Alanka, menjadi malaikat pelindungnya meskipun kadangkala Aksa sering dibuat kewalahan dengan kelakuan Alanka yang kadang diluar nalar, seperti kemarin ketika ia menemukan Alanka duduk didepan kulkas dengan kaki terbuka sambil mencolek selai coklat yang membuat wajah dan bajunya jadi belepotan, persis seperti bayi yang dibiarkan sendiri, lalu dua hari lalu ia menemukan Alanka duduk anteng diatas pohon apel, hah dan masih banyak lagi kejadian dalam satu Minggu bocah ini berada disini.

" BumBum, Alan mau bobo "

Aksa menoleh tanpa minat, melihat Alanka yang berbaring sambil menarik selimutnya sebatas dada

" Alan enggak bisa bobo kalau gak dipukpuk, Abang biasa puk puk Alan dulu tapi kan Abang sekarang enggak ada, BumBum mau ya "

Remaja yang usianya lebih darinya itu menautkan alisnya, apa katanya tadi? Puk puk! Aish, dasar bayi.

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang