✨72✨

343 44 7
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.

Meski hanya dihalaman belakang mansion dan cuma berdua dengan Abang kandung terakhirnya, Alanka senang sekali. Sekarang tinggal mereka berdua karena yang lain sudah masuk kedalam mansion selepas makan malam bersama tadi.

" Ngapain lu? " Tanya Rayyan, ia yang sedang memunguti daun-daun kering dan ranting untuk memperbesar api unggun melihat kedatangan Theo membawa gitar. Mengabaikan sang adik, Theo duduk didepan tenda, mulai memetik senar menghasilkan alunan musik yang indah dan bernyanyi.

Alanka yang mendengar suara Theo merangkak keluar dari tenda lalu duduk disampingnya. Menyandarkan kepala di pundak yang lebih tua, Theo meliriknya dan tersenyum singkat. Petikan gitar Theo membuat Alanka mengantuk

" Siniin gitar lu " Rayyan merampas gitar milik Theo, lelaki yang lebih tua mendengus.

Alanka terbangun kala Rayyan mulai bernyanyi, suaranya lembut dan begitu menenangkan, lagu berjudul We Don't Talk Anymore. Alanka memang tau Rayyan itu pandai bernyanyi tapi dia tidak mengira suara Rayyan akan sebagus ini.

Rayyan tersentak begitu selesai bernyanyi, ia mendapat tepuk tangan meriah dari Abang dan Adiknya.

" Suka, Alan suka Abang nyanyi "

" Suara Abang bagus gak? "

Alanka mengangguk, dia tidak bohong bahkan seandainya Rayyan mau bernyanyi sepuluh lagu lagi ia tak akan bosan mendengarkan. Rayyan terkekeh gemas, memeluk sang adik dan menciumi pipinya yang membuat si bungsu tertawa dan berusaha menjauhkan wajah Rayyan karena pipinya sudah basah diciumi terus menerus, membuat Theo iri dengan kedekatan Alanka dan Rayyan dia kan mau juga.

" Stop Abang, Geyiii aakh "

Rayyan menghentikan aksinya mendusal di leher yang lebih muda, dilihatnya wajah Alanka yang sudah seperti udang rebus.

" Lu gak masuk? " Tanya Rayyan, Theo menggeleng sembari mendekatkan tangan ke api unggun dan menggosok-gosok kedua telapak tangannya untuk menghangatkan diri

" Gue disini, jaga lu berdua "

Rayyan bergumam acuh, mengajak si bungsu masuk kedalam tenda dan berbaring. Sekarang kira-kira sudah jam dua malam dan Alanka harus segera tidur

" Tapi tapi gak mau bobo " Alanka merengek, ia berusaha untuk bangun tapi Rayyan memeluknya erat sekali, sebelah kakinya naik keatas pinggang.

" Bobo dek, Abang aja udah ngantuk nih hoaam"

" Tapi Alan enggak. Alan belum mau bobo "

Rayyan menghembuskan nafas kasar, tangannya meraih botol susu dan memberikan pada Alanka
" Habisin ini dulu "

Alanka menurut-menurut saja, tapi belum habis setengahnya. Matanya sudah berat ditambah lagi dengan elusan di punggungnya membuat ia tak bisa menahan lebih lama lagi

" Ray, lu udah tidur? " Tanya Theo dari luar tenda.

" Jangan berisik, Alan belum nyenyak ini " sahut Rayyan dengan suara pelan, tersenyum gemas melihat mulut Alanka yang bergerak-gerak seperti sedang mengunyah makanan. Pasti bermimpi soal ayam bakar tadi, yah tidak mengherankan karena Alanka yang paling banyak menghabiskannya.

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang