✨92✨

315 42 5
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

^Typo Bertebaran^

Tengah malam tadi mereka dihebohkan dengan kabar Rayyan sudah sadar dan pagi ini ia sudah dipindahkan ke ruang rawat VVIP dan masih dalam pemantauan
dr. Andrean dan pengawasan Wiradarma, kondisinya masih lemah ada saraf dan otot yang belum boleh terlalu digunakan mengingat Rayyan mengalami koma selama satu Minggu. Yah, cuma tujuh hari tapi sudah seperti berbulan-bulan rasanya.

Alanka menggenggam tangan berinfus abangnya, senyum terukir di wajah. Ia senang akhirnya Rayyan bisa membuka matanya lagi begitupun dengan Rayyan yang bisa melihat kembali adiknya. Ia pikir ia hanya pingsan sebentar setelah kecelakaan itu, tidak taunya malah koma seminggu.

" Maaf " lirihnya, Alanka menggeleng semakin erat menggenggam tangan yang lebih tua. Para Abang menyaksikan dua adik termuda mereka saling melepas rindu dari kejauhan tanpa berniat mengusik, biarkan saja.

" No, Abang enggak salah. Abang kan lagi sakit tapi Alan senang Abang akhirnya bangun juga. Alan sepi terus sedih juga enggak ada Abang, Alan kangen "

Alanka menumpukkan kepalanya di lipatan tangan, tangan Rayyan bergerak pelan untuk mengusap rambut sang adik, terasa lembut seperti biasanya.

" Waktu Alan koma, Alan jumpa Mama. Mama suruh Alan pulang "

Rayyan terdiam, mengingat apa yang terjadi selama dia koma. Satu-satunya yang dia ingat hanyalah bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi, mobilnya ditabrak dari samping hingga ia kehilangan kendali dan terpaksa menabrak pembatas jalan, tak lama setelah ia berhasil merangkak keluar, mobilnya pun meledak.

" Abang lupa tapi sebelum Abang sadar Abang lihat ada cahaya putih terus Abang ikuti dan ya begini "

Alanka mengangguk mengerti, Wiradarma berpesan supaya Rayyan jangan terlalu memaksakan diri terlebih dahulu dan Alanka tak mau keadaan abangnya makin drop.

" Abang haus ya? " Tanya Alanka melihat Rayyan mengusap tenggorokannya. Rayyan mengangguk, Alanka segera mengambilkan botol mineral yang sudah diberi pipet agar Rayyan mudah meminumnya

Alanka bantu memegangi, Rayyan tersenyum. Biasanya dia yang merawat anak ini bila sakit sekarang malah kebalikannya.

" Alan sudah jadi adik yang baik kan Abang? "

Rayyan terkekeh dan mengangguk, tentu saja. Adiknya pantas diberi hadiah

" Makasih adiknya Abang yang paling lucu sedunia, hadiahnya mau apa? "

" Hadiahnya minta Abang cepat sembuh aja boleh? "

Rayyan terkekeh, tentu saja. Ia berjanji akan mengikuti serangkaian pemeriksaan kesehatan untuk memulihkan keadaannya.
.
.
.

Alanka menangis sesenggukan di pojok ruangan karena harus dipisahkan dengan Rayyan, sebenarnya Rayyan pun tak ingin berpisah dengan adiknya namun ia harus mematuhi dr. Andrean agar dirinya cepat pulih.

" Little prince " Alanka menepis tangan Wiradarma yang hendak menyentuh pundaknya, lagi ngambek ceritanya. Pria itu menghela nafas, anaknya yang sedang mode ngambek begini memang sudah dibujuknya kecuali sama Rayyan tapi saat ini Rayyan sedang menjalani terapi untuk meregangkan otot-ototnya karena berbaring terlalu lama 

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang