🔥138🔥

141 30 3
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

°Typo bertebaran°

Vote dulu biar gak lupa


" Jadi rencananya kapan kita balik lagi, aku gak bisa ninggalin kantor lama-lama, Papa juga udah sembuh total kan? " Bara yang pertama kali membuka obrolan membuat seluruh perhatian berpusat ke arahnya

" Harusnya aku mulai masuk kuliah sejak kemarin sih,  tapi aku sudah titip absen sama teman " Rayyan menyahut dan lanjut menyuapi sang adik " Lagian kan Adek masih sakit Bang "

" Kalau gitu biar aku pulang dul--- "

" Jangan, kita pulang bareng aja, pergi sama-sama pulangnya juga harus sama-sama " Sambar Devin sambil menempelkan telapaknya di kening si bungsu " Demam Alan juga udah turun nih, Alan sekarang gimana, masih ngerasa pusing? "

Alanka menggeleng, sedikitpun tidak berbohong
" Alan udah gapapa kok " telapak tangannya terbuka dihadapan Rayyan " Abang, surat dari Galih mana? Alan mau baca lagi, kemarin kan baru baca setengah udah pingsan "

Rayyan tertegun, Alanka kan tumbang gara-gara surat itu, kepalanya digelengkan, tidak pokoknya Alan tidak boleh baca surat itu lagi

" Udah Abang buang "

Mendengarnya Alanka jadi cemberut " Ih Abang kenapa dibuang, itu kan surat " Ia terdiam sejenak, kepalanya tertunduk dengan raut muram tergambar di wajah " Itu tulisan terakhir dari teman Alan, Abang jahat! " Tangannya mendorong dada Rayyan dengan gerakan tak berarti " Sana, Alan gak mau Abang disini, Ish sana jauh-jauh " mau tak mau Rayyan harus beranjak daripada si bocah makin mengamuk

Alanka tak mau didekati oleh siapapun, dibujuk menggunakan boneka baru atau sekilo jeruk kesukaannya saja tidak mempan sebelum surat itu diberikan lagi padanya, Alanka hanya ingin menyimpan surat itu sebagai kenangan terakhir dari Galih.

------

Kakek Simon meminta kepada seluruh pekerja di mansionnya tanpa terkecuali untuk mencari surat yang diinginkan oleh si bungsu, berkali-kali pelayan memberikan surat padanya tapi tak ada satupun yang benar, lelaki tua itu menghela nafas sembari memijit pangkal hidungnya " Cari terus sampai ketemu, surat itu adalah tulisan tangan menggunakan bahasa Indonesia "  ucapnya, tak lama Antonio, sang kepala pelayan datang menghadapnya membawa selembar surat yang cukup Kumal dan agak kotor

" Saya menemukan surat ini di samping jendela dapur, kemungkinan kotor karena terinjak, tuan " Ujarnya ketika Kakek Simon menatap heran pada surat itu,

Surat itu dibuka lipatannya, dibaca pembukanya, benar ada nama Alanka sebagai penerima tertera disana

" Benar, ini surat yang dicari oleh cucu saya. Siapa tadi yang menemukannya? "

" Seorang pelayan dapur, Mariah "

" Panggil dia kemari " Antonio membungkuk hormat kemudian balik badan dan tak lama ia datang lagi bersama   pelayan yang sudah menemukan surat tadi

Tanpa bicara sepatah kata pun, Kakek Simon langsung mengeluarkan sejumlah uang yang jumlahnya tidak sedikit, 2 juta dollar.

" Untukmu, ambillah " Pelayan itu--Mariah-- mengerutkan keningnya " A-apa ini tuan? "

Kakek Simon mengendikkan bahu " Sudahlah, ambil saja, itu untukmu "

Sebanyak ini? Serius? Jangan-jangan...

ALANKA|3 {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang