10: Menjawab Pertanyaan

13K 1.3K 188
                                    

Haiiii Yasfar-Nika update kembaliii ^^

Mungkin chapter yang kalian tunggu juga karena ikut penasaran bareng si Nika wkwkkw

Makasih yaaa buat semuanya yg udah nungguin cerita ini terus :))

Makasih yaaa buat semuanya yg udah nungguin cerita ini terus :))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


💫

Rencana lari-lari pagi hanya tinggal wacana saja. Perut terlanjur kembung, tidak mungkin dibawa lari. Harusnya didiamkan dulu minimal satu jam, panas matahari keburu menyengat. Meskipun matahari pagi itu baik, tetapi baik Yasfar maupun Nika tetap menganggap suasana sebelum jam tujuh menjadi waktu yang lebih tepat untuk berolahraga pagi.

Yasfar ada di balkon kamar, sibuk video call grup dengan teman seagensinya sejak beberapa menit yang lalu. Sementara Nika berbaring tengkurap di atas kasur sambil coret-coret desain pada aplikasi yang tersedia di ponselnya. Nika jenuh, rindu kertas-kertas dan alat menggambar di meja kerjanya. Rindu suasana ruang kerjanya yang membawa energi positif.

Sampai sekarang, Nika belum berani protes soal suasana kamar Yasfar. Nika takut kalau Yasfar tidak bisa menerima pendapatnya. Nika pun merasa belum saatnya minta tidur di rumahnya bersama sang mama sebab belum sampai satu minggu mereka menetap di rumah orang tua Yasfar.

Nika melempar pandangan pada Yasfar. Samar-samar mendengar percakapan laki-laki itu dengan beberapa orang dari seberang sana. Tidak sedikit yang menggoda-goda Yasfar karena sudah menikah, lalu dibalas Yasfar dengan apa adanya. Semacam: fakta kalau mereka menikah karena perjodohan dan tanpa adanya cinta. Selebihnya, mereka membicarakan pekerjaan.

Nika mendengar tawanya, ocehannya, terkadang juga menggerutu. Nika tidak kesal dengan jawaban jujur yang Yasfar lontarkan saat membicarakan tentang pernikahan mereka. Toh, Nika juga merasakan hal yang sama dengan Yasfar. Tidak punya perasaan apa-apa. Kalaupun memang perlu dilandasi dengan cinta, biarkan saja berjalan apa adanya, mungkin bisa muncul dengan usaha mereka yang sedang membangun chemistry.

Mendengar obrolan Yasfar, Nika baru bisa menyimpulkan. Bahwa membangun chemistry tidak sama dengan membangun cinta. Nika tidak berpengalaman dalam mencintai seseorang. Kemudian, otak bersih dan polos itu mengambil contoh dari artis-artis yang pintar berakting dan mampu membangun chemistry, padahal tidak ada cinta di antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Meskipun Nika tahu, banyak yang memang aslinya sudah memiliki hubungan atau bahkan terlibat cinta lokasi, tetapi ia menempatkan dirinya pada posisi yang aman; tidak mau berkorban pada orang yang samar-samar. Mungkin akan beda lagi ceritanya kalau Yasfar bisa terang-terangan menunjukkan ketertarikannya terhadap Nika. Namun, untuk saat ini, Nika tidak mau banyak berharap. Cukup ia jalankan saja statusnya sebagaimana istri pada umumnya. Urusan perasaan bisa dipikirkan nanti lagi.

Nika menghentikan aktivitas membuat desain asal di ponselnya saat melihat gelembung notifikasi dari Renata. Mereka memang sudah saling menyimpan nomor ketika kumpul keluarga sebelumnya.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang