28: Bermalam di Butik

12.2K 980 107
                                    

Selamat pagi, update lagi nih 🤩💙

Chapter ini heum ... cukup manis dan sendu sekaligus ✨ Ayo-ayo banyakin komennya lagi yukk biar aku tuh tambah semangat lanjut ceritanya 😆

Makasih banyak yaaaa! 🥰✨🙇

Sudah lama sekali Nika tidak datang ke butik saat malam hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lama sekali Nika tidak datang ke butik saat malam hari. Jam operasional butiknya hanya sampai jam lima sore, ia dan karyawannya akan pulang paling lambat jam enam. Kalaupun ada sesuatu yang belum beres, tetapi penting, biasanya Nika akan bawa pekerjaannya ke rumah. Butik akan selalu kosong di malam hari dan sekarang ia datang lagi bersama Yasfar.

Tiga hari lagi, pertunangan Deyana dilaksanakan. Yasfar tidak suka terburu-buru, itu sebabnya ia meminta Nika menemaninya untuk mencari pakaian yang sepasang hari ini. Nika ingat pernah membuat tiga busana sepasang, kira-kira tiga tahun yang lalu. Nika mulai harap-harap cemas, takut kalau pakaian itu tidak sesuai dengan selera Yasfar meskipun modelnya masih layak diterima di tahun ini.

Nika membuka pintu butik dan segera mencari saklar untuk menghidupkan lampu. Ia mempersilakan Yasfar masuk dan memintanya segera duduk, mungkin lelah menyetir. Semula Nika ingin langsung mengecek busananya di lemari kaca yang berjejer, tetapi tiba-tiba ingat dengan wejangan mama mertua. Nika menghela napas, ia sekarang membawa diri ke dapur mini yang berada di belakang. Untuk sesaat, Nika bersandar di tembok, kesal dengan diri sendiri yang mulai sadar kurang memperhatikan Yasfar. Bahkan, untuk sekadar membuatkan minuman saja harus mengingat omongan mertuanya dulu. Kalau tidak ingat itu, mungkin Nika tidak ingat juga memberikan minum untuk Yasfar.

"Tapi, Yasfar mau minum apa, ya?" Nika memindai beberapa minuman saset yang ada di meja dapur. "Kopi? Teh? Susu? Air jahe? Jus?" Nika mendelik sebentar. "Ini kenapa lengkap banget minuman di sini? Udah kayak warung aja, deh."

Karena masih bingung, Nika memutuskan meninggalkan dapur dan mendatangi Yasfar yang sayangnya sudah terlelap di sofa dalam keadaan duduk dan bersandar.

“Yah, tidur?” Nika bergumam sambil mendekati Yasfar dengan hati-hati. Terdengar dengkuran lembut yang perlahan berubah kian ribut. Alih-alih tertawa geli, Nika justru menatapnya sendu. “Perasaan, tadi kamu udah tidur siang, Yas. Masa ngantuk lagi? Ini aku bingung mau buatin minum apa.” Tangannya terangkat, berniat ingin meluruskan kepala Yasfar, takut pegal. “Yas—astaga, panas banget!”

Nika beranjak sebentar, jantungnya mendadak berdebar setelah menyentuh kulit Yasfar yang terasa mendidih. Pantas saja sepanjang perjalanan menuju butik, laki-laki itu hanya diam dan fokus menyetir. Tidak eperti biasanya yang selalu nyeletuk ngasal.

Bingung harus berbuat apa, Nika pun mondar-mandir di depan Yasfar. “Duh, emang kurangnya di sini tuh, nggak nyimpan persediaan obat. Kalau gini, mending kompres dulu, deh, untuk sementara.”

Nika sempat ragu, tetapi kepanikan yang menyerang membuatnya bergerak cepat. Mengambil mangkuk plastik untuk wadah air hangat. Nika berlari menuju ruang pemotongan, mencari-cari kain yang cocok untuk mengompres. Dia menemukannya dalam beberapa menit dan kembali menghampiri Yasfar. Perlahan, Nika membasahi lipatan kain dan diperas, diletakkan di atas kening Yasfar. Terdengar lenguhan dari laki-laki itu. Nika pun bisa merasakan hangat embusan napasnya, berat juga tarikannya. Bibirnya terbuka dan bergetak pelan.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang