35: Sudah Kembali

9K 842 86
                                    

Halooo, maaf lagi-lagi publish-nya kemalaman 😂 harap maklum yaa mentemen, hidup author ini cukup melelahkan, jadi nulisnya perlu waktu yang bener-bener pas 🥹🥰

Boleh minta 50 komen lagi di sini? Boleh yaa boleehh ahahah 😙

Boleh minta 50 komen lagi di sini? Boleh yaa boleehh ahahah 😙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua malam Nika habiskan di rumahnya. Ia memasak, mencoret-coret desain, bercerita banyak hal pada sang mama. Intinya melakukan segala hal yang dulu selalu ia lakukan di rumah itu. Keadaan tubuh Nika bisa diajak untuk beraktivitas, tetapi hati dan pikirannya masih cukup kalut. Meskipun begitu, Nika tetap mengajak diri datang ke butik keesokannya. Satu hal yang membuatnya merasa harus datang, yaitu untuk minta maaf dengan Annisa.

Dugaan Nika benar bahwa Annisa tersinggung dengan ucapannya kemarin. Nika mengaku salah dan mengucapkan maaf.

“Aku lagi pusing kemarin, ngga bisa kontrol omongan. Maaf banget, ya, Nis. Please, jangan diambil hati omongan aku.”

Sejujurnya, Annisa pun hanya tersinggung sesaat. Nika itu profesional pada tempatnya. Annisa tidak asing jika Nika menegur saat ada yang salah atau keliru dengan pekerjaan mereka. Sementara kemarin, Nika marah bukan karena pekerjaan. Namun, Annisa tidak bisa lama-lama kesal. Bertahun-tahun kerja dengan Nika, tentu Annisa amat sangat paham bagaimana sifat Nika yang aslinya lembut dan hangat. Setiap orang bisa saja melewati batas di saat keadaannya sedang tidak baik-baik saja.

“Iya, Mbak. Aku paham, kok.” Annisa tersenyum hangat. “Mbak Nika tenang aja, ya. Aku cuma kesal sebentar, sekarang udah nggak lagi.”

Nika terenyuh. Kalau dipikir-pikir, ucapannya amat keterlaluan, terkesan seperti mengejek kesendirian Annisa. “Beneran dimaafin, ya, Nis? Aku nggak tenang banget mikirin masalah ini. Aku takut kamu marah lama sama aku,” ucap Nika penuh penyesalan.

“Beneran, Mbak. Aku nggak marah kok, cuma kesel dikit aja. Nih, sekarang aku udah fine lagi.” Annisa menggamit tangan Nika, tidak mau membuat atasannya terus merasa canggung karena merasa bersalah. “Omong-omong, keadaan Mbak udah baikan? Harusnya istirahat aja di rumah, nggak perlu ke butik.”

“Aku udah baik-baik aja, kok. Suntuk banget kalau cuma di rumah, udah cukup kemarin istirahatnya.”

Annisa mengangguk paham. Mereka melepas tautan tangan, hendak kembali melanjutkan aktivitas masing-masing. Nika duduk di kursinya yang akan selalu berhadapan dengan layar laptop, sementara Annisa menyusul Tania ke ruang produksi.

Bibir Nika membentuk senyuman penuh arti ketika melihat perkembangan produknya yang kemarin launching di MUFFEST. Dalam waktu beberapa hari, tiga etalase produknya sudah habis dibeli pelanggannya. Mendapat laporan dari bagian produksi selalu menjadi hal yang paling ditunggu Nika setiap kali mengikuti show. Tidak jarang ia mendapat kabar baik dan menyenangkan hati semua orang di balik terciptanya desain miliknya.

“Mbak, dapat kabar dari admin produksi, ya?” Tania bertanya penuh antusias ketika melewati meja Nika dan menemukan atasannya itu senyum-senyum menatap laptop.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang