22: Memilih Menunda

14.2K 1K 129
                                    

Halooo! Siapa yang nungguin update Yasfar dan Nika? 🥰

Jangan lupa vote dan komen banyak-banyak yaahh 💖💖

Jangan lupa vote dan komen banyak-banyak yaahh 💖💖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫

Azan Subuh berkumandang sekitar lima belas menit yang lalu, dan Nika sudah menunaikan ibadah dua rakaatnya sekitar lima menit yang lalu. Sekarang, Nika yang masih mengenakan mukena, duduk di pinggir kasur.

Saat bangun tidur dan tidak menemui Yasfar di sebelahnya, Nika bertanya-tanya ke mana perginya laki-laki itu. Niat hati Nika untuk keluar mencarinya, tetapi rupanya Yasfar membawa cardlock kamar mereka, membuat Nika urung keluar. Justru, ponselnya yang tidak dibawa. Dibiarkan tergeletak di samping Nika saat tidur. Sekarang, Nika hanya bisa menunggu saja. Lagi pula, Nika tidak terlalu penasaran, palingan Yasfar sedang mencari angin atau nongkrong dini hari dengan sepupu-sepupunya.

Pikiran tentang Yasfar tersingkirkan, berubah memikirkan hal lain. Nika merogoh totebag yang ia letakkan di kursi rotan dekat jendela. Nika meraih botol plastik kecil yang berisi pil kontrasepsi dan kembali duduk di pinggir kasur.

Nika sudah minum dua pil ketika selesai berhubungan dengan Yasfar kemarin. Namun, Nika ragu-ragu, bingung, dan tidak yakin dengan aturan minum pil tersebut. Apakah hanya diminum saat selesai berhubungan atau memiliki jadwal rutin seperti minum obat biasanya?

Nika mengeluarkan kertas kecil yang terlipat dari dalam botol plastik berbentuk tabung itu. Ia ingin membacanya sekali lagi agar lebih paham. Sementara itu, Nika tidak sadar kalau pintu kamarnya sudah terbuka.

“Nika?” panggil Yasfar setelah menutup pintu.

Nika terlonjak kaget dan buru-buru bangkit, lupa mengangkut botol kecil yang ada di sampingnya. Botol itu malah tersenggol dan menumpahkan semua pil di dalamnya. Yasfar mendekat dengan kening berkerut, sementara Nika kelimpungan mengambil satu per satu pil di lantai dan memasukkan ke dalam tempatnya.

“Nika, itu obat apa?” tanya Yasfar amat penasaran dan khawatir sekaligus. Istrinya sakit apa?

Nika menoleh sesaat. “Eh, Yas, udah balik,” katanya terbata-bata, menyapa dan bukan menjawab pertanyaan Yasfar. Nika agak terkejut melihat kondisi wajah Yasfar, tetapi fokusnya kini hanya pada beberapa pil yang masih belum masuk ke tempatnya.

Belum selesai memasukkan semua pil, Yasfar sudah merebut botol di tangan kiri Nika dan langsung membaca bagian depannya. Yasfar sangat terkejut.

“Pil kontrasepsi? Kamu minum ini?” tanyanya dengan raut tak menyangka.

Nika menggigit bibir bawahnya sebelum menunduk dan mengangguk pelan.

“Kenapa kamu minum ini?” Suara Yasfar memberat, alamat akan mendekati sesak. Yasfar tidak bodoh untuk sekadar tahu alasan seorang perempuan meminum pil kontrasepsi, tetapi ia ingin tahu dari Nika langsung meskipun jawabannya pasti akan membuatnya kecewa.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang