23: Satu Lingkaran

12.9K 1K 117
                                    

Haiiii! Yasfar dan Nika update kembali. Ada kah yang menunggu kelanjutan rumah tangga pasutri kita yg satu ini? 🥹🥹

Yang baca jangan lupa vote dan komen banyak-banyak yaaa💖🫶

Terima kasih!

Terima kasih!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫

Yasfar dan Nika telah kembali pada keseharian mereka yang tidak hanya sebagai pasangan suami-istri, tetapi juga sebagai pencari pundi-pundi uang. Setelah mereka salat Subuh bersama, lantas bersiap-siap dengan pekerjaan masing-masing. Yasfar yang memiliki jadwal meeting dengan agensi, dan Nika yang sudah sangat rindu dengan butiknya. Kebersamaan menghabiskan waktu sebagai pengantin baru sudah selesai.

Nika sudah siap pagi-pagi sekali. Ia sempat menghampiri dapur dan menemukan Bu Jihan juga Kila yang sibuk memasak. Nika ingin membantu, tetapi sadar kalau dirinya paling susah berbagi dapur. Nika merasa sangat sibuk kalau sedang memasak, ia takut kalau pergerakannya justru menghambat pekerjaan Bu Jihan dan Kila. Jadi, Nika hanya membantu menghidangkan makanan-makanan yang sudah jadi ke meja makan.

Yasfar memasang jam tangannya sebagai pelengkap akhir dari penampilannya pagi ini. Ia sudah sarapan, sudah sangat rapi, kemudian melangkah untuk keluar. Rupanya ada Nika yang sedang berdiri di teras, Yasfar pikir istrinya sudah berangkat duluan.

“Mau aku antar?” tanya Yasfar yang kini berdiri di belakang Nika. Sekali lagi Yasfar merapikan tatanan rambut hitamnya sebelum akhirnya menyadari kalau Nika tidak membalas pertanyaannya. “Nika?” panggilnya sambil mengernyit. Setelah diperhatikan, rupanya Nika sedang melamun. Yasfar berdecak dan mendorong bahu istrinya agak keras sambil berseru, “Woi!”

Nika terperanjat dan spontan menoleh ke belakang. Mata dan mulutnya terbuka lebar. Keterkejutannya tidak bisa disembunyikan. “A-apa, sih, Yas?” sahut Nika sewot.

“Kamu tuh ngapain, sih? Ngelamun? Aku ajak bicara berkali-kali, nggak dijawab,” balas Yasfar tak kalah sewot.

Mencoba menetralkan perasaan kagetnya, Nika mengusap wajahnya. “Maaf,” ucapnya pelan.

Tatapan Yasfar berubah menyelidik. “Kamu lagi mikirin apa, sih?”

“Nggak, nggak mikirin apa-apa.”

“Bohong dosa.”

Nika mencebik. “Udah, ah, mau berangkat,” katanya sambil mengambil langkah menuruni beberapa tangga teras.

“Eh, eh, eh!” sergah Yasfar sebelum istrinya lebih jauh. Nika membalik tubuhnya. Yasfar mengulurkan tangan dengan agak galak. Nika mengernyit bingung, kemudian Yasfar mendengkus kasar. “Salaman dulu sama suami! Main nyelonong aja.”

Refleks Nika menepuk keningnya. “Astagfirullah. Iya, maaf lupa.”

Nika kembali mendekati Yasfar dan segera meraih tangan yang jelas ukurannya lebih besar dari tangannya sendiri. Nika menciumi punggung tangan Yasfar cukup lama, sementara Yasfar mendadak berdebar-debar. Kalau dipikir-pikir, ini memang kali pertama mereka bersalaman sebagai bentuk patuhnya istri pada suami. Pantas saja Yasfar jadi berbunga-bunga.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang