43: Pernikahan Teman

8.6K 853 109
                                    

Haiii, kali ini nggak malam yah update-nya😂

Jangan lupa apa? Yak, betul, vote dan komen banyak-banyak 😊❤️

Beberapa perempuan sedang sibuk di dalam sebuah ruangan yang penuh dengan perlengkapan makeup dan busana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beberapa perempuan sedang sibuk di dalam sebuah ruangan yang penuh dengan perlengkapan makeup dan busana. Lima menit yang lalu, wajah Deyana telah dirias seindah mungkin oleh makeup profesional. Nika yang datang sebagai pemilik gaun silver koleksi Katsyif Boutiqueb sampai terkagum-kagum melihat wajah Deyana yang makin cantik, manis, dan elegan dalam satu waktu.

Sesuatu terjadi di ruangan itu, gaun yang beberapa hari lalu sudah klop membalut sempurna tubuh ramping Deyana, justru sekarang terasa lebih sesak. Nika menyiapkan alat-alat menjahitnya untuk memperbaiki ukuran gaun tersebut. Untung saja Nika sudah terbiasa seperti ini, jadi ia tidak kesulitan sama sekali. Ia hanya perlu membuka sedikit jahitan di bagian belakangnya.

“Kamu makan banyak, ya, Dey? Perut kamu tambah kelihatan gini,” ucap Nika dengan nada bercanda.

Deyana tertawa renyah. “All you can eat, Nik. Tadi malam banget, nih,” katanya sambil mengusap perut, memamerkan hasil dari memakan banyak daging.

Nika berdecak jenaka. “Dasar, ya. Harusnya tahan dulu, biar nggak kelihatan buncit.”

“Nggak bisa. Tau sendiri gue gimana? Kalau udah penginnya itu, harus terkabulkan saat itu juga,” balas Deyana masih tertawa.

Nika menggeleng-geleng tanpa heran. Benar yang diucapkan Deyana tentang dirinya itu.

“Oke, beres.”

Nika beranjak dan segera membereskan peralatannya pada tempatnya. Ia berdiri agak jauh dari Deyana yang penampilannya sudah benar-benar sempurna dari ujung rambut hingga ujung kaki. Nika tersenyum penuh kagum ke arah teman baiknya itu.

“Cantik banget,” puji Nika sungguh-sungguh.

“Ah, bisa aja,” balas Deyana sambil mengerling genit.

By the way, kenapa nggak jadi pakai kebaya buat akadnya?” tanya Nika.

“Capek gonta-ganti, ah. Mending satu gaun ini aja buat akad dan resepsi sekaligus. Lagian, gue juga nggak perlu keluar waktu akad. Acara juga cuma tiga jam.”

Nika menyimak dengan baik, lalu mengangguk ketika Deyana selesai menjelaskan. Ia agak bingung ketika melihat pernikahan Deyana yang sepertinya berubah dari rencana awal. Hanya memakai satu gaun, hanya tiga jam acara—sebelumnya direncanakan dari pagi sampai malam, dan pengurangan tamu undangan.

Sebentar lagi, Nika akan mendampingi Deyana untuk turun dan duduk bersampingan di pelaminan bersama Faris. Ada yang lain dari pandangan Nika untuk Deyana saat ini. Tanpa sengaja, ia terbayang-bayang masa yang disebut proses saling mengenal dengan Faris sebelum akhirnya pernikahan itu dibatalkan. Tanpa sengaja, ia terbayang-bayang detik di saat Yasfar mengatakan kejujuran. Nika bingung harus memercayai takdir dengan cara apa, sebab takdir atas kegagalan pernikahannya dulu adalah hasil dari keegoisan manusia. Nika tidak ingin mendadak menyesal, tetapi ia terus bertanya, mengapa begini? Jika bukan dirinya di samping Faris, mengapa harus Deyana? Mengapa tidak orang lain atau orang asing yang tidak ia kenal? Apa dunia sesempit itu?

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang