44. Sama-sama Dingin

9.8K 948 88
                                    

Sebelum baca, aku mau kasih tau kalau isi bab ini mungkin gak seseru biasanya 🤣 aku ngetik ini di kapal dalam keadaan blank, pusing, mabok. Tapi meskipun begitu, moga tetap bisa menghibur kalian yaaa.

Jangan lupa vote dan komen 😍🫶

Setelah beberapa hari tidur dan beraktivitas pada tempat terpisah, akhirnya Yasfar dan Nika pun kembali ke kediaman Gauri Hadiatama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah beberapa hari tidur dan beraktivitas pada tempat terpisah, akhirnya Yasfar dan Nika pun kembali ke kediaman Gauri Hadiatama. Meskipun keadaan mereka belum berangsur baik dengan Nika yang tetap terus menghindari Yasfar dan Yasfar yang tetap berusaha melakukan segala hal untuk Nika, tetapi sekuat mungkin mereka memasang topeng pasutri bahagia jika sudah di depan Jenitha dan Gauri. Lebih tepatnya, mereka berakting untuk menutupi masalah yang sedang dialami.

Jenitha merindukan suasana makan bersama dengan anak dan menantunya. Malam ini, Jenitha yang turut membantu Jihan memasak. Ia senang karena Yasfar dan Nika sudah kembali sejak sore tadi. Hanya saja, mereka langsung masuk kamar setelah menyapa dengan rangkulan mesra.

Nika baru tahu kalau Yasfar sudah mengubah warna tembok kamarnya, dari monokrom menjadi oranye muda, terasa lebih hangat. Jika bisa Nika menebak, mungkin itu adalah salah satu cara Yasfar untuk menarik perhatiannya, cara untuk membuatnya luluh. Namun, hangatnya suasana kamar itu belum juga berhasil menghangatkan hati Nika yang masih membeku kelu.

Anehnya, sekarang justru Yasfar pun ikut bersikap diam dan dingin ketika selesai berakting mesra di depan orang tuanya. Sejak masuk ke kamar dan melepas rangkulan di pinggang istrinya, Yasfar langsung berdiam diri di balkon sampai berjam-jam hingga petang datang. Ia bahkan sempat ketiduran di sofa tunggal di sana.

Pikiran laki-laki itu kalut sebab sikap Nika yang tidak kunjung membaik, terlebih tadi pagi ketika nyaris saja terjadi perkelahian di acara pernikahan Deyana dan Faris. Jika diingat lagi, rasanya Yasfar ingin mengakhiri hidup Faris saat itu juga.

“Nggak etis pengantin bikin masalah di acara sendiri, apalagi sampai pegang-pegang tamu.”

Mata Faris memicing tajam, seperti menantang. “Gue ada urusan sama Nika,” katanya menjawab Yasfar.

“Seberapa penting urusan lo sama istri gue sampai harus pegang-pegang?”

Faris tersenyum miring. “Penting, karena baru aja gue dengar kata ‘maaf’ dari Nika. Gue penasaran, apa yang bikin Nika minta maaf ke gue,” ucapnya sambil melirik Nika.

Sementara Yasfar pun kini mengernyit. Dengan mudahnya ia menebak jalan pikiran Nika, pasti karena masalah itu.

“Saya udah tau,” ucap Nika kembali bersuara. “Jadi, saya minta maaf atas keegoisan Yasfar.”

“Yah, finally.” Faris kini tertawa kecil, terdengar mengejek. “Kamu baik banget, Nika. Seharusnya Yasfar yang minta maaf, bukan kamu.”

Mata hitam Yasfar melebar, menyorot Faris dengan tatapan marah. Egonya sedang tinggi, tak mudah membuatnya mengucapkan apa yang Faris harapkan.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang