56. Haru Malam Hari

9.5K 737 70
                                    

Semenjak pelaksanaan acara tujuh bulanan itu, entah mengapa, Nika merasa beban pikirannya bertambah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak pelaksanaan acara tujuh bulanan itu, entah mengapa, Nika merasa beban pikirannya bertambah. Di satu sisi, dia banyak memikirkan masalah orang-orang di sekitarnya, satu per satu, menumpuk semua di dalam otaknya dan berhasil membuatnya prihatin. Di sisi lain, Nika ingin sekali mengubur semua pikiran itu karena mulai mencemaskan nasib dirinya sendiri.

Belum lagi, ketika melakukan USG beberapa waktu lalu, dokter menyatakan bahwa berat janin Nika stuck dari bulan sebelumnya. Meskipun dokter tidak mendiagnosa bahwa keadaan itu membahayakan dan tentu memberikan banyak solusi, tetapi rasanya Nika tetap tidak bisa tenang. Ia amat sangat yakin bahwa ini adalah pengaruh dari beban pikiran yang tak kira-kira.

Sebagai suami sigap dan penuh tanggung jawab, Yasfar setia membersamai istrinya di waktu yang selalu disisihkan dari sibuknya pekerjaan yang dilakukan. Turut pula menenangkan tiap kali Nika merasa cemas terharap kandungannya. Meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja selagi Nika berpikir positif dan menjalankan pola hidup sehat.

Sayangnya, hari ini, Nika lagi-lagi harus merelakan suaminya yang harus menjalankan show di luar kota. Ritual menjemput kantuk dengan tangan si suami yang mengusap-usap punggungnya seperti biasanya, harus diliburkan dulu—meskipun merindu tak bisa dibendung.

Pukul 02.15 waktu setempat, Nika terbangun karena tidurnya semalam terlalu cepat. Kira-kira setelah salat Isya, perempuan itu sudah terlelap dalam keadaan memakai mukena dan memegang perutnya. Tidur sendiri tanpa Yasfar membuatnya kesepian, belum lagi terhitung dari pagi hari sebelumya, si adek dalam perut tidak menyapa dengan tendangan atau pukulan. Ayah dan anak begitu kompak membuat si ibu menahan rasa kangen. Di sisi lain, tentu saja hal itu membuat Nika cemas. Apa sih yang tidak bisa membuatnya overthinking? Sepertinya, segala hal yang mengganjal akan menjadi beban pikiran ibu hamil itu.

Berat janin yang stuck dan pergerakan dalam perut yang kurang aktif. Bagaimana bisa Nika menepis segala kekhawatirannya?

“Aw....”

Nika hanya ingin mengubah posisi, dari yang semula berbaring menjadi duduk bersandar, tetapi perutnya malah mendadak keram. Pendingin ruangan menyala dengan suhu normal, tetapi Nika sekarang berkeringat. Ia pelan-pelan membuka mukena sambil menahan keram perutnya.

Di sela rintihan, Nika teringat Yasfar dan berniat menghubunginya. Oleh sebabnya, ia meraba ke nakas untuk meraih ponsel. Silaunya cahaya layar ponsel membuatnya pening hingga menutup mata untuk beberapa saat sebelum mencari kontak Yasfar. Namun, hingga berkali-kali, rupanya Yasfar tidak kunjung mengangkat.

“Kayaknya Mas Yasfar belum bangun, deh.” Nika bersuara lirih, benar-benar tenaganya seakan terkuras habis, tubuhnya terasa makin lemah karena keram dan nyeri yang menyerang. “Kalau telepon Mama Jen, ganggu nggak, ya? O-oh, telepon Kila aja, deh.” Itu adalah pilihan yang paling memungkinkan. Setahu Nika, Kila dan ibunya selalu bangun dini hari.

“Kil ... aw ....” Nika beranjak agak cepat dari kasur ketika nyeri makin mencengkeram, bertepatan dengan Kila yang sudah menerima panggilan.

Halo, Mbak Nika? Ada apa, Mbak, pagi-pagi banget telepon?

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang