12: Kekhawatiran Nika

12.7K 1.3K 153
                                    

Haloo, Yasfar dan Nika update kembali :))

Jangan lupa vote dan komen yaaa!

Thankyou xx

Thankyou xx

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫

“Oh, coba kamu cari kainnya di toko yang pertama kali kita datangi itu.” Ponsel menempel di telinga Nika sejak beberapa menit lalu. Ia dihubungi oleh timnya karena kehabisan kain di butik. “Ya, kalau misalnya kurang pas sama tipe kain kesukaan kita, kan, masih banyak tempat lain juga, Nis. Lagian cuma cari diorsilk aja, kan?” Nika berbicara dengan suara jelas dan tegas. Tubuhnya sekarang mondar-mandir di samping pembatas balkon. “Ya, udah, pokoknya kamu atur aja dulu. Kalau misal masih kurang sreg, minta Tania bantu kamu, ya. Aku masih belum bisa kontrol ke toko, palingan mampir ke butik aja sebentar.”

Nika mengakhiri panggilan lebih dulu. Matanya menatap sendu teh susu hangat di atas meja yang belum diminum sejak tadi. Ah, sepertinya sudah dingin. Nika yang semula berniat mendinginkan dan menenangkan hati yang agak panas dengan segelas teh susu hangat, nyatanya malah makin dibikin pusing karena pekerjaannya. Meskipun begitu, Nika tetap menenggak minumannya. Tidak enak juga pada Kila yang sudah menawarkan minuman itu untuk Nika saat tidak sengaja berpapasan dengan keadaan mata Nika yang sembab. Kila tidak bertanya banyak, hanya merasa ada sesuatu yang sedang terjadi dengan istri majikannya, jadi Kila menawarkan minuman hangat tersebut.

Tanpa Nika sadari, rupanya sejak tadi Yasfar sudah duduk di pinggir kasur untuk menunggunya. Yasfar memperhatikan Nika yang sedang berkomunikasi melalui ponsel. Bisa Yasfar lihat sisi Nika yang berbeda. Saat sedang membahas pekerjaan, perempuan itu terlihat berbeda. Pembawaannya lebih serius dan tegas. Yasfar sampai berkali-kali menampilkan senyum lain ketika mendengar cara Nika berbicara.

Nika melangkah masuk setelah melihat baterai ponselnya lemah. Nika agak terkejut melihat Yasfar sudah duduk sambil tersenyum ke arahnya, tetapi Nika seperti tidak berminat untuk menyapa. Ia berbelok ke tempat khusus untuk men-charger ponselnya.

Merasa diabaikan, Yasfar lebih dulu mendatangi istrinya. “Cil, kita jadinya berangkat lusa, soalnya tanggal merah, selebihnya pada kompakan ambil cuti.”

Nika menoleh sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum tipis. Lalu, kembali fokus pada ponselnya, tetapi entah apa yang diotak-atik di sana. Yasfar merasa aneh karena Nika seperti tidak bersemangat. Ah, mungkin karena pekerjaannya.

“Kalau kamu mau, aku bisa antar ke toko kain,” ucap Yasfar yang seakan paham dengan masalah Nika karena ia menyimak obrolan perempuan itu dengan timnya.

“Makasih, tapi nggak perlu,” balas Nika. Memang tetap dengan nada tenang, tetapi Yasfar tahu ada yang tidak beres dengan istrinya. Apalagi jelas sekali Nika sengaja menghindari kontak mata dengan Yasfar.

“Jadi, kamu mau ke butik?”

“Aku mau pulang.”

“Hah?” Yasfar terkejut. “Maksudnya pulang ke rumah Mama? Kenapa?”

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang