41: Luka dan Kecewa

10.9K 873 127
                                    

Tidak tengah malam lagi, tegangnya bisa dilanjutkan yeaayy 😆🫶

Beri aku komen yang lebih banyak, nanti bakal update cepat lagi 😙✌️

Jangan lupa menyiapkan tisu(?)

Jangan lupa menyiapkan tisu(?)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bisa lepas dulu?"

Nika mencoba untuk tenang, meskipun pikirannya mulai berantakan. Sesak mulai memenuhi rongga dada. Belum jelas apa yang Yasfar ucapkan, tetapi cukup mudah bagi Nika memahaminya. Ia ingin mengetahui kebenaran itu lebih jauh.

Yasfar menggeleng keras, tepat di atas kepala Nika yang sudah tidak menempel di dadanya. Jelas sekali bahwa pelukan kali ini karena adanya paksaan. Yasfar tidak menuruti permintaan Nika, justru makin mengeratkan pelukannya, berbanding terbalik dengan Nika yang sangat ingin dilepaskan.

"Itu pengakuan dosa aku, Nika. Tapi, please, cukup sampai di situ. Aku udah ngaku, dan kamu nggak perlu cari tau lebih jauh. Lupakan, Nika. Anggap aja aku nggak pernah bicara soal itu."

"Gimana bisa?" Nika mendesis. Di ujung pelupuknya, ada cairan yang ingin tumpah. "Lepas, Yasfar. Kandungan aku bisa terganggu dengan posisi kayak gini."

Yasfar mengalah karena senjata kandungan. Itu anaknya, jangan sampai terluka karena keegoisan. Ketika lingkaran tangannya merenggang, Nika langsung menarik diri dan beranjak dari kasur. Matanya mulai menatap dengan sorot tak bersahabat.

"Jelasin," pintanya dengan suara bergetar. "Apa maksud omongan kamu itu?"

Tubuh Yasfar lemas seketika. Ingin beranjak saja rasanya tidak kuat. Jangankan beranjak, menatap wajah Nika yang diyakini sedang memerah marah pun tidak berani Yasfar lakukan.

"Nika, jangan marah...."

"Jelasin, Yasfar." Mati-matian Nika menahan gejolak yang memenuhi dirinya. Ada rasa marah yang ingin membumbung, tetapi masih Nika tahan. Ia menghela napas panjang ketika Yasfar tidak kunjung mengeluarkan suara lagi. "Oke, aku bakal tanya langsung ke Faris."

Seketika Yasfar mendorong tubuhnya sendiri untuk meraih lengan Nika agar tidak benar-benar pergi. "Jangan, Nika."

"Jelasin!" Nika menggertak sambil menepis keras cengkeraman tangan Yasfar.

"Tapi, kamu jangan ketemu Faris."

Nika hanya berdeham. Sejujurnya, mendengar nama Faris dan menjadikannya sebuah topik omongan, membuat Nika amat sakit hati. Namun, sekarang ia bingung harus sakit hati karena apa. Karena kegagalan pernikahan itu, atau karena pengakuan suaminya sendiri.

"Nika, kamu tau aku sangat mencintai kamu." Yasfar mulai mengokohkan tubuh untuk lebih kuat berdiri dan mendekat pada Nika. "Apa yang aku lakukan itu semata-mata karena aku mau berjuang buat kamu."

Nika mulai geram. "Jangan bicara soal cinta, aku butuh penjelasan tentang omongan kamu!"

"Aku nggak rela lihat kamu menikah sama laki-laki lain, apalagi sama teman aku sendiri. Aku nggak bisa ikhlas, Nika. Jadi, aku memanfaatkan kelemahan Faris dan minta dia buat membatalkan pernikahannya sama kamu."

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang