58. Keputusan Persalinan

9.2K 691 50
                                    

Haaiii semuanyaaa.

Maaf yaaa lanjutnya lama, soalnya ada hal lain yg sedang diurus hihi.

Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak sebanyak-banyaknya yaaa 🤩🫰

***

Jika sebelumnya Nika terbangun pada dini hari karena mimpi buruk, sekarang perempuan itu bangun karena jam beker yang berbunyi. Sengaja, berniat untuk melaksanakan salat Tahajud. Namun, ada sesuatu yang aneh Nika rasakan. Bagian selatannya terasa basah. Tidak banyak, tetapi membuat Nika tidak nyaman.

Nika sering baca-baca pengalaman serupa dari ibu hamil yang lain setelah bergabung di grup komunitas. Kemudian, Nika jadi kepikiran, jangan-jangan air ketubannya sudah keluar? Mengingat sudah tiga hari kehamilannya melebihi tanggal perkiraan. Kemarin-kemarin, Nika sangat cemas karena tidak kunjung datang kontraksi. Sementara yang ia baca, banyak ibu hamil yang persalinannya justru maju dari perkiraan.

Tidak bisa begini, perasaan Nika benar-benar tidak tenang. Ia meraba-raba perutnya yang amat tenang, sungguh tidak ada tanda apa-apa. Beberapa menit termenung dengan hati yang gundah, Nika beranjak dari kasur dan melangkah masuk ke kamar mandi. Yang awalnya berniat untuk wudu, berubah ngecek keadaan dirinya sendiri. Setelahnya, ia keluar lagi dan hendak membangunkan Yasfar.

“Mas, bangun,” katanya sedikit merengek. “Mas, ayo ke rumah sakit.”

“Hah?!” Yasfar tersentak begitu telinganya berhasil menangkap kata rumah sakit. Tubuhnya langsung bangkit menjadi duduk, bahkan Nika pun terkejut dengan pergerakannya. “Astagfirullah, Sayang. Ada apa?” tanya Yasfar yang terlihat sangat panik. Matanya terbuka lebar seakan tidak tidur sebelumnya.

“Mas, kayaknya air ketuban aku udah keluar deh,” balas Nika tambah cemas.

Yasfar mengusap wajahnya gusar. “Beneran, Sayang? Ya udah, ayo kita ke rumah sakit!”

Sepasang pasutri itu cemas bersamaan. Yasfar yang sudah mewanti-wanti sejak beberapa hari lalu nyatanya juga kelewat cemas dan sulit untuk bantu menenangkan Nika. Meskipun begitu, Yasfar tidak lupa mengingatkan Nika untuk memakai jaket karena dinginnya suhu pada dini hari itu.

Mereka melangkah bersama untuk keluar rumah dan masuk ke mobil. Mata Yasfar melirik istrinya berkali-kali, sebelah tangannya menggenggam tangan Nika yang berkeringat dingin.

“Sayang, kalau ke rumah sakit ini belum tentu ada dokternya, kan? Mereka punya jam kerja tertentu. Gimana kalau kita ke rumah bersalin terdekat? At least, pekerja di sana bakal lebih paham sama kondisi kamu meskipun belum ada dokternya.”

“Terserah, Mas. Aku ngikut aja.”

Yasfar mengangguk sekali. Kecepatan mobilnya sedikit dilajukan lagi. Hingga sepuluh menit perjalanan, mereka pun akhirnya tiba di salah satu rumah bersalin yang buka 24 jam.

Dengan sigap Yasfar menuntun istrinya untuk segera masuk dan melakukan pendaftaran. Setelahnya, mereka diminta untuk masuk ke dalam sebuah ruangan pemeriksaan. Nika diminta untuk menjelaskan gejala yang dialami.

“Apa ada bercak yang juga keluar, Bu?” tanya seorang perawat.

Nika menggeleng. “Cuma air.”

“Kalau intensitas airnya tidak banyak, kemungkinan itu air kencing atau lendir, Bu.”

“Tapi, masalahnya HPL udah lewat tiga hari, Bu. Saya jadi cemas karena nggak kontraksi juga sampai sekarang,” balas Nika bersungguh-sungguh.

Perawat itu tersenyum menenangkan. “Bu, persalinan bisa terjadi kurang atau lebih dari HPL. Selagi belum ada tanda-tanda hingga nyeri atau keram di perut, ibu jangan cemas dulu, ya. Mungkin dedenya masih betah di dalam perut.”

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang