49. Benang Merah

13K 906 125
                                    

Siapa yang kangen Ayah Yasfar dan Ibu Nika? Nih, aku kasih lumayan panjang🤭✨

Kalau udah publish gini, jangan lupa diramaikan yaaa? Vote dan komen banyak-banyak 🔥🔥

Kalau udah publish gini, jangan lupa diramaikan yaaa? Vote dan komen banyak-banyak 🔥🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sayang, beneran mau USG hari ini?"

Itu adalah pertanyaan yang dari tadi ingin Yasfar lontarkan. Bukan pertanyaan atas ketidaktahuan, sebab Nika baru banget mengatakan info itu kemarin. Maksudnya bertanya lagi itu, Yasfar mau memastikan apa Nika benar-benar harus pergi USG hari ini? Tepat saat hari keberangkatannya ke Singkawang untuk melakukan show.

Nika yang sedang memasang kancing bagian atas dan memasang dasi untuk suaminya kini mendongak, menilik wajah Yasfar yang jelas mencetak raut sedih dan muram. Untuk menenangkannya, Nika mengusap-usap lembut pipi kirinya. Pandangan Yasfar turun hingga bertemu tatap dengan Nika dan seketika hatinya menghangat melihat senyum tulus Nika. Yasfar tahu isi hati istrinya, Yasfar paham kenapa Nika menantikan jadwal USG-nya di bulan ke-5 ini.

Mereka berujung berpelukan erat. Yasfar merasa bersalah karena hampir menghalangi keinginan Nika agar menyesuaikan jadwal kerjanya. Usapan lembut di punggung Nika membuat mata perempuan itu berair. Ia takut Yasfar kecewa karena terlalu berantusias, padahal Yasfar lebih takut membuatnya sedih.

"Langsung kabari Mas ya, kalau udah dapat hasilnya." Dalam pelukannya, Nika mengangguk samar. "Bagaimanapun hasilnya, harus tetap bersyukur, ya." Nika kembali mengangguk dan mengeratkan pelukan. "Yang penting si adek sehat. Itu kan yang selalu kita tekankan?" Kali ini Nika berdeham menyetujui. "Berangkat sama Mama, ya? Apa sama Mama Jen?"

"Sendiri aja boleh, nggak?"

"Nggak boleh lah, pakai nanya lagi," timpal Yasfar tegas.

Nika terdiam. Ia tahu kalau mamanya sedang hectic dengan pekerjaannya. Sementara dengan Mama Jenitha, Nika tidak terbiasa bepergian dengan mertuanya itu. Nika sering mati kutu kalau sudah bersama Mama Jenitha, padahal Mama Jenitha senang sekali membersamai Nika.

"Ya udah, nanti sama Mama," ucap Nika berpura-pura. Tidak mau urusan makin panjang karena Yasfar harus segera berangkat ke bandara. "By the way, Mas di sana seminggu, ya?"

"Sehari aja, deh. Nggak kuat lama-lama jauh dari kamu."

Nika melayangkan pukulan kecil ke dada Yasfar. "Serius dong, ih."

"Iya, seminggu. Bisa lebih sih, kalau mau liburan sekalian." Yasfar melirik tipis, menunggu respons istrinya terkait liburan. Yasfar tertawa kecil ketika Nika bermenit-menit diam dan mengerucutkan bibirnya. "Tuh kan, nggak tahan kalau Mas lama-lama jauh. Ngaku, deh."

Nika menimpali singkat. "Ya."

Ibu hamil itu beralih merapikan rambut Yasfar dengan pergerakan lebih cepat. Dalam kesempatan itu, Yasfar mencuri ciuman di bibir Nika, hingga berkali-kali, baru berhenti saat Nika sudah berdecak sebal.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang