51 • Janji Temu

9.6K 832 96
                                    

Kita balik lagi ke Nika mode kepo😆 semua-semuanya pengin dicari tau, disamperin. Tetap jaga stok kesabaran yaaa, ada kerikil kecil lagi yang aku tebar di sini 🤭😆

2300+ kata untuk chapter ini.

60+ komen yaaa buat lanjut. Bisa? Bisa donggg kan tim hura-hura Ayah Yasfar sama Ibu Nika nih pada hebat-hebat 😆

Selamat membaca!

Meskipun ketika mengetahui kebenaran langsung dari mulut Deyana, membuat Nika menjadi sangat kecewa dan amarah terasa membuncah, tetapi tidak dipungkiri bahwa perasaan iba juga menyelimuti hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Meskipun ketika mengetahui kebenaran langsung dari mulut Deyana, membuat Nika menjadi sangat kecewa dan amarah terasa membuncah, tetapi tidak dipungkiri bahwa perasaan iba juga menyelimuti hatinya. Deyana bercerita dengan bercucuran air mata, membagi keluh-kesahnya pada Nika tentang Faris yang kurang memperhatikannya. Deyana sama seperti dirinya, sedang mengandung calon bayi. Nika yang selalu diperhatikan Yasfar saja merasa sangat hampa ketika laki-laki itu pergi bekerja atau sedang tidak di rumah. Apalagi Deyana yang jelas-jelas mengaku tidak diberi perhatian? Menjadi Deyana pasti juga melelahkan. Sudah mati-matian mempertahankan kehadiran Faris untuk bertanggung jawab padanya, tetapi pada akhirnya hubungan mereka tidak jauh lebih baik.

Pikiran itu terus saja memenuhi kepala Nika dan membuatnya secara tiba-tiba membuat sebuah rencana pertemuan dengan Faris. Rasanya, Nika ingin langsung memberi pelajaran pada laki-laki itu. Kalau Deyana saja sampai punya pikiran soal Faris yang menyimpan perasaan untuk perempuan lain—yang mana itu adalah dirinya sebagai orang yang pernah hampir dinikahi—maka Nika harus menyelesaikan perkara itu. Tidak bisa dibiarkan. Deyana mungkin membuatnya kecewa, tetapi membiarkan Faris mengabaikan Deyana, jelas tidak akan mendapat permakluman dari Nika.

Sebenarnya, Nika menantikan waktu di mana ia bisa bercerita panjang lebar dengan Yasfar, tetapi sepertinya suaminya itu kelewat capek sampai waktu yang dijanjikan akan menghubungi jadi terlewat begitu saja. Berakhir dengan Nika yang masih overthinking sendirian dan berteman dengan rasa sepi.

***

Melihat kehadiran Nika yang kian mendekat ke meja tempatnya duduk pada sebuah kafe outdoor, membuat Faris menurunkan layar ponselnya dan meletakkan benda itu di atas meja dengan posisi layar di bawah—menempel pada meja. Lalu, ketika Nika tiba di hadapannya, Faris tersenyum tipis dan berdiri untuk meyambut. Hal pertama yang ia lakukan adalah menarik kursi di hadapannya agar Nika bisa segera duduk. Padahal, Nika berdiri cukup lama bukan untuk mendapat perlakuan manis begitu, ia hanya sedang mengumpulkan ketenangan agar tidak langsung meledak. Meskipun begitu, Nika tetap berterima kasih.

Finally, kita punya janji temu berdua lagi kayak dulu. Cukup kaget waktu kamu hubungi saya dan minta ketemuan berdua,” ucap Faris setelah mereka sama-sama sudah duduk. “Mau pesan apa?”

“Saya udah pesan di depan.”

Faris menurunkan tangan yang hampir menjentik untuk memanggil pelayan. “Oh, oke. Saya juga cukup ini aja sih,” lanjutnya melirik segelas americano di hadapannya.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang