25: Mengaku Salah

10.6K 964 99
                                    

Haloo!
Yasfar & Nika update lagi!!

Seperti biasa, jangan lupa vote dan komen ya sebagai bentuk apresiasi tulisan yang nggak seberapa ini hehe 🤭

Terima kasih dan selamat membaca!

Terima kasih dan selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yasfar berulang kali mengembuskan napas kasar. Dalam perjalanannya menuju dapur untuk mencari Kila pun dihiasi dengan jiwa yang tidak bisa santai. Tadinya, Yasfar hanya berniat memancing dengan menyebut nama Kila, tetapi nyatanya itu tidak berpengaruh sama sekali untuk Nika yang fokusnya tetap pada pekerjaannya. Lagi pula, luka pada wajahnya itu bisa saja diobati nanti-nanti, bisa juga diobati sendiri, tetapi Yasfar ingin mendapatkan perhatian Nika. Sayangnya, semuanya hanya tinggal harapan saja. Nika yang tadinya bersemangat ingin mengobati, malah jadi abai setelah mendapat panggilan.

Pada akhirnya, Yasfar benar-benar mencari Kila dan memintanya untuk mengobati luka yang tepatnya berada di ujung alis sebelah kiri. Membiru, agak bengkak, lalu lukanya sedikit berair.

Yasfar duduk di sofa ruang tengah yang berhadapan dengan televisi. Sengaja mengambil tempat itu agar wajahnya bisa menatap ke depan, sementara Kila duduk di sebelah kirinya, maka mereka tidak akan saling berhadapan. Semula Kila bingung kenapa tiba-tiba Yasfar memanggilnya dan tambah bingung lagi saat ternyata diminta untuk mengobati luka. Tidak ingin mendapat omelan karena sadar mood Yasfar sedang tidak baik, akhirnya Kila menurut saja. Ia membersihkan tangan lebih dulu, baru mulai memegang obat yang Yasfar bawa.

“Pelan-pelan, Kil,” titah Yasfar tanpa melihat Kila, matanya sudah fokus menonton salah satu film Hollywood.

“Iya, Mas.”

Kila mulai membubuhkan beberapa tetes obat ke kapas, lalu di-tap-tap pelan pada luka Yasfar. Sekian menit Kila melakukan itu secara berulang, Kila menyadari kalau Yasfar makin dingin terhadapnya. Kila menatap ujung mata Yasfar, sementara Yasfar hanya diam. Meskipun beberapa kali merasa perih, Yasfar tetap tidak bersuara, bahkan membuat Kila berpikir kalau sebenarnya lukanya sudah tidak perlu diobati lagi.

“Nggak sakit, Mas?”

“Nggak.”

“Mbak Nika nggak ada?”

“Ada, di kamar.”

Kila hanya manggut-manggut paham, meskipun dalam hati bertanya-tanya, Kenapa bukan Mbak Nika yang obati? Lagi tidur, kah?

Urusan mengobati luka Yasfar sudah selesai. Kila membereskan beberapa kapas yang ia gunakan barusan.

“Udah selesai, Mas. Semoga cepet sembuh, ya.”

Thank’s.

Nggak tau aja lo, gue luka begini gara-gara pacar lo yang ngeselin itu.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang