54 • Bersyukur

10.8K 807 109
                                    


Yang baca dan vote + komen banyak-banyak didoakan segala hal dalam hidupnya berjalan lancar 😍😍

Yang hanya mampir tanpa ada jejak, gapapaaa, semoga tetap berkah. 😊🥰

Selamat membaca!

***

Jenitha mengulas senyuman ketika memperhatikan menantunya yang begitu lahap menyantap makanan oleh-oleh dari Yasfar. Choi Pan, makanan ringan berisi bengkuang dicampur udang kering, lalu dibalut dalam kulit tipis lembut yang terbuat dari tepung beras dan ditaburi bawang goreng di atasnya sebagai pelengkap.

Ibu hamil yang sekarang mengenakan setelah sporty berjilbab hitam itu, sangat menikmati santapannya hingga tak menyadari bahwa mama mertua menatapnya. Rasa makanan itu sangat cocok di lidah Nika, ditambah dengan cocolan sambal cair yang pedasnya tidak mencolok, tetapi sangat sedap.

Yasfar datang dengan segelas susu hamil rasa kacang hijau. Ia meletakkan minuman itu di hadapan Nika sebelum berangsur membubuhkan kecupan di puncak kepala Nika, membuat si istri mendongak dan tersenyum padanya dengan mulut kembung yang mengunyah.

Yasfar terkikik gemas melihat istrinya. “Doyan, ya?” tanyanya yang dibalas anggukan cepat oleh Nika. “Udah habis berapa, Sayang?”

Pandangan Nika turun mengamati Choi Pan di piringnya yang tersisa tiga saja. “Eum, lima,” katanya amat jujur, dilanjutkan dengan cengiran lugu. Benar-benar tidak bisa menyembunyikan betapa lezatnya makanan itu.

“Aduh, pinter banget makannya,” tutur Jenitha amat senang dengan bahasa yang seakan-akan sedang bicara dengan anak kecil. “Biasanya bumil nggak doyan makan, bumil yang satu ini beda, yah.”

Nika menunduk malu, mukanya bersemu lucu, membuat Yasfar tidak bisa menahan gerak tangannya untuk mengusap-usap puncak kepala istrinya. “Gemes banget, Ibu Nika. Hamilnya nggak neko-neko.”

“Beda sama Mama dulu, Yas,” sahut Gauri yang tak mau ketinggalan pembicaraan. Kini, semua atensi tertuju ke arahnya. Berlebih Jenitha yang mulai memicing tajam, paham betul kalau suaminya pasti mau menggoda dengan mengungkit masa kehamilannya dulu. “Nggak cuma pilih-pilih makanan, tapi juga pilih-pilih barang Papa seenak jidat. Nih ya, parfum Papa, sabun Papa, sampo Papa, minyak rambut Papa, diganti semuanya diam-diam. Belum lagi pilih-pilih perabotan makan. Mangkuk tuh harus yang ada gambar ayamnya, padahal pas nggak hamil sukanya yang motif elegan dan mewah. Terus, keras kepala banget, padahal hasil USG menyatakan jenis kelamin laki-laki, tapi kamar bayi tetep aja dibuat desain perempuan. Alhasil, pas Yasfar beneran udah keluar dari perut Mama, semuanya diganti total, kerja ulang lagi. Pokoknya Mama tuh super keren banget lah waktu hamil.”

Tangan Jenitha tak tinggal diam. Dengan cepat mendekat dan mencubit lengan Gauri hingga membuat laki-laki baya itu merintih kesakitan, tetapi kemudian tertawa terbahak-bahak. Mendengar cerita itu dan melihat interaksi keduanya, membuat Yasfar dan Nika pun ikut menikmati suasana, mereka tergelak bersama, tawa mereka bersahut-sahutan.

Gauri masih merintih beberapa saat sambil terus mengusap bagian tangan yang dicubit istrinya. Omongannya tidak berhenti di sana, ia masih menyimpan ucapan lain hingga perhatian masih tetap mengarah padanya. “Perempuan kalau lagi hamil tuh, luar biasa banget, ya. Segala hal yang sebelumnya nggak terpikirkan, selalu bisa terjadi waktu hamil. Mereka hebat dengan kondisi kehamilan yang berbeda-beda. Syukurnya, Papa nggak merasa jengkel sama sekali. Nyebelinnya Mama waktu hamil justru bikin Papa bahagia.” Gauri melempar senyuman bangga pada Jenitha. “Kapan lagi lihat Mama makan pakai mangkuk dari pasar? Ya, cuma waktu hamil itu aja. Lumayan kan, bisa hemat. Coba kalau minta mangkuk emas, bisa-bisa kita kekurangan biaya persalinan.”

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang